"pukul berapa harus berangkat, Tuan?" kemudian aku mendengar suaraMu dari balik pintu rumah dan beranda yang telah penuh diliputi sepi. seperti panggilan itu aku kenal, duhai Yang Maha Mengenal. namun tak mengerti bagaimana cara menyahutnya. seperti panggilan itu aku pahami. namun tak mengerti aku bagaimana cara membalasnya. sementara embun telah pecah di jeda doa-doa.
"qad qamatis salah. qad qamatis salah." pukul berapa harus berangkat, Tuan? matahari telah menggantung tinggi di atas kepala dan nyawa masih terbagi di detik-detik arloji yang mati. bagaimana harus memulai ini, duhai Yang Maha Memulai. tidak perlu Engkau berteriak cukuplah berbisik saja. bagaimana harus menjawab ini. padahal panggilan itu seperti ingin aku akrabi. sementara embun telah pecah di jeda doa-doa.
mari bersiap untuk beranjak tanpa mengkhawatirkan jejak. mungkin senja kali ini telah lindap di pelataran-pelataran rumah dan musala yang ditinggalkan para penghuni. kalimat panggilan telah diserukan, Tuan. bagaimana caraku menjawab ini, duhai Yang Maha Menjawab. pukul berapa harus berangkat, Tuan? mari berangkat. mari segera. biarkan embun pecah di jeda doa-doa.
2013