Quantcast
Channel: Bernard Batubara
Viewing all 402 articles
Browse latest View live

Maghrib

$
0
0
Kami melihat kau mengeram kelelawar, lalu kau berpura-pura
tidak mengenal senjakala yang katamu telah mati, seperti biasa

Kami melihat kau menyimpan sepotong langit, lalu diam-diam
menyelipkannya ke balik bantal atau telinga, seperti sebelumnya

tidak perlu kau enyahkan itu
tidak perlu kau redupkan itu

Kami melihat kau merangkak di balik pintu-pintu kamar
tak hendak menyambut yang telah dihidangkan untukmu

Kami melihat kau begitu ingin menjadi akrab, kepada hanya satu
lalu tak menumbukkan dan menumbuhkan kepala untukmu sendiri

tidak perlu kau dan Aku menyoalkan nasib
cukuplah Aku dan kau menjadi karib

2013

Isya

$
0
0
tenanglah, masih rakaat yang panjang untuk bertemu
seperti langit atau bintang-bintang yang mengawasimu

tidak perlu terburu-buru itu, kekasihKu

tenanglah, masih leluasa surgaKu untuk kaumimpikan
seperti galaksi lain selain tempat tidurmu atau rumahmu

tidak perlu kaurisaukan itu, kekasihKu

tenanglah, masih dalam lagi tanahKu untuk menyambutmu
seperti ibu bumi menjaga dan merawat rahimnya, kau janinnya

tidak perlu kaucari Aku, kekasihKu

2013

Azan

$
0
0

suara itu seperti pembuka cerita fiksi atau dongeng yang menggelinding di pinggir-pinggir trotoar. kemudian ia hidup dalam dering telepon genggam manusia-manusia kota tanpa kepala. "minggir, dompetku mau lewat, ia sibuk sekali setiap hari, jangan halangi." seru selembar angin di bawah sorot lemah cahaya senjakala. ini bukan pagi, lagi. tidak ada persahabatan di sini, Waktu berbisik di telingaku.

suara itu seperti kanak-kanak membawa kain lap berjalan pelan di hadapan kendaraan. ia tak paham lagi artinya masa depan. siang hari sudah nongol. "buat makan, pak, sudah tiga hari hanya menyantap sunyi." kemudian ia hidup dalam klak-klik tombol keyboard laptop belasan juta rupiah di warung kopi kota elit. kota dengan sebuah sore dan petang dan manusia-manusia tanpa wajah dan nasib yang gemar berkelit. di tempat ini, tuan, Waktu tak mengenal persahabatan.

suara itu seperti toa yang mengabarkan berita dari koran-koran sisa. suara itu mengalir di permukaan jalan raya yang semakin lama semakin sempit saja. "mungkin, jalan buntu ini kelak hanya muat untuk yang bukan bunyi." aku tak tahu siapa yang bersuara barusan. suara itu merayap ke telapak kakiku, memanjat betis dan lutut legamku, mendaki terjalnya perutku, dan tak pernah sampai ke telingaku.

2013

Iqomah

$
0
0
"pukul berapa harus berangkat, Tuan?" kemudian aku mendengar suaraMu dari balik pintu rumah dan beranda yang telah penuh diliputi sepi. seperti panggilan itu aku kenal, duhai Yang Maha Mengenal. namun tak mengerti bagaimana cara menyahutnya. seperti panggilan itu aku pahami. namun tak mengerti aku bagaimana cara membalasnya. sementara embun telah pecah di jeda doa-doa.

"qad qamatis salah. qad qamatis salah." pukul berapa harus berangkat, Tuan? matahari telah menggantung tinggi di atas kepala dan nyawa masih terbagi di detik-detik arloji yang mati. bagaimana harus memulai ini, duhai Yang Maha Memulai. tidak perlu Engkau berteriak cukuplah berbisik saja. bagaimana harus menjawab ini. padahal panggilan itu seperti ingin aku akrabi. sementara embun telah pecah di jeda doa-doa.

mari bersiap untuk beranjak tanpa mengkhawatirkan jejak. mungkin senja kali ini telah lindap di pelataran-pelataran rumah dan musala yang ditinggalkan para penghuni. kalimat panggilan telah diserukan, Tuan. bagaimana caraku menjawab ini, duhai Yang Maha Menjawab. pukul berapa harus berangkat, Tuan? mari berangkat. mari segera. biarkan embun pecah di jeda doa-doa.

2013

Zikir

$
0
0
rembulan lah yang menyala di kepala kami. setiap doa kami haturkan kepada Kesunyian Yang Maha Sunyi. malam lah yang memelihara nyala sepi di relung dada kami. setiap pagi kami sembunyikan zikir di gelembung embun kecil dan di pinggir-pinggir rapuhnya tulang daun kering. agar tetap diam doa-doa kami. agar tetap hening doa-doa kami. fajar lah yang mengingatkan kami akan Nyala Yang Maha Nyala. sebuah permulaan untuk setiap nama-nama. kami tidak menghapal nama-nama. kami tidak punya cukup tempat di kepala kami untuk nama-nama. kami telah singkirkan jauh-jauh semua nama. hanya kami ingat dingin subuh di permulaan hari. hanya kami ingat malam sunyi yang teramat suci. hanya kami ingat kepulangan yang maha syukur. hanya kami ingat kesepian yang maha besar. 

hanya kami lupa satu nama Yang Maha Nama.

2013

Tasbih

$
0
0
33 nama telah kami eram dalam bisu yang kami simpan di daun jendela rumah. kami rekatkan dengan butiran nasi sisa dari dasar piring tempat kami menyantap ketakutan sehari-hari. kami bersihkan jendela dari debu-debu halaman kitab suci yang telah lama tak kami kenal lagi.

33 nama telah kami tempelkan di sisi dalam pintu rumah. kami lupa embun pagi pun mengajarkan tentang kehidupan yang amat singkat. ayat-ayat kini tinggal tulang-belulang ditelan udara. kami luput menyebut sebuah surat sebab yang terbaca di seluruh tanda hanya sepi belaka.

33 nama telah kami letakkan dengan khusyuk di halaman rumah. kami harap untuk menyuburkan tanah atau menyambut jatuh daun-daun kering pohon ketapang yang telah amat tabah kami tumbuhkan dari kesepian-kesepian. atau untuk menyambutMu. kami gemar sekali melupakan. menghapus nama-nama itu dan menyisakan hanya nama buatan kami sendiri.

nama yang bukan engkau.

2013

Membayangkan Selimut

$
0
0
selimut di kamarku mencintaimu. ia jatuh
cinta pada tubuhmu yang mencintai tubuhku

terkadang selimut di kamarku tertidur
pulas sekali dan mengigau. dalam tidurnya, ia
memelukku dan menyebut-nyebut namamu

jika selimutku capek, ia berbaring
di sebelahku. lalu ia memintaku
memeluknya

"bayangkan saja mantan pacarmu," katanya

kurang ajar memang selimut di kamarku itu.
terkadang ia mengubah wajahnya menjadi
mantanku yang ini, terkadang yang anu

terkadang aku tidak tahu apakah selimut ini
yang menghangatkan tubuhku, ataukah aku
yang menghangatkan tubuh selimut itu

aku dan selimut mungkin hanya menghangatkan
tubuh masing-masing dengan berpura-pura
menghangatkan tubuh satu sama lain

aku dan selimut sebenarnya sama
seperti kamu dan kekasihmu. saling peluk,
namun ada orang lain di kepala masing-masing

terkadang aku ingin menjadi selimut, dan
mendeklarasikan rasa cemburuku pada
selimut yang tertidur di atas tubuhmu

aku memeluk selimut dan membayangkan
mantan kekasihku; kamu. selimut memeluk aku
sambil membayangkan mantannya; selimutmu

selimutku dan selimutmu saling jatuh cinta

terkadang aku membayangkan selimut yang tidur
pulas di atas tubuhku tiba-tiba berubah
menjadi kamu. aku senang berkhayal seperti itu

sepasang selimut sedang berpelukan
di dalam kamar kosong. tengah merindukan
pemiliknya yang rindu memeluk satu sama lain

kekasih, jangan katakan bahwa kamu
berpelukan dengan kekasihmu di bawah selimut
yang kamu bayangkan adalah aku

sebab aku berpelukan dengan kekasihku
di bawah selimut yang kubayangkan
adalah dirimu

2013

Selimut

$
0
0
ada selimut di atas kuburan
tengah tidur pulas sekali, menghangatkan
tubuh pemiliknya yang hanya sesekali tidurnya pulas

"mengapa kamu tidur di sini?"
tanya kuburan yang murung itu kepada
selimut yang dijawab, "aku ingin menghangatkan kamu juga."

kuburan suka membayangkan bahwa ia adalah selimut
bagi setiap pemiliknya yang tidur pulas sekali
di bawah sana

selimut suka membayangkan bahwa ia adalah kuburan
bagi pemiliknya yang tidur pulas
memeluk tubuh hangatnya

pemilik selimut yang adalah aku tidak tahu
harus merasa apakah aku tidur pulas
di bawah selimut atau kuburan

aku dan selimut dan kuburan
seperti benda-benda yang terlibat
dalam sebuah cinta segitiga

"aku ingin selimutku yang di kamar," kataku
"sekarang ini, akulah kamarmu," kata kuburan

"aku rindu selimutku," rengekku
"sekarang, akulah selimutmu," kata kuburan

aku dan kuburan seperti pemilik
dan selimut yang tak pernah akur

sekarang, Akulah selimutmu

seperti suara itu kudengar
dari mana, bukan
dari kuburan

sekarang, Aku selimutmu

"tidurlah nak, mimpi indah. kamu sudah
menemukan selimut yang paling hangat
dan mencintaimu," tiba-tiba kuburan itu

bersuara seperti ibuku.

2013

Sajak Subuh, 1

$
0
0
aku mencintai subuh yang mencintaiku dengan heningnya

subuh mencintaiku dengan heningnya, kemudian
riuh ruhku tenggelam dalam sunyi bunyinya

dengan heningnya, subuh mencintaiku. aku
tidak bisa mencintainya dengan bunyi
ia hanya mencintai sunyi dan sepi.

subuh di dalam kamarku adalah gelap
dan suara menempel di dinding-dinding.
suara yang sunyi.

aku mencintai subuh dengan merekatkan suaraku
di dinding-dinding. sunyi bunyi merayap di lantai.

subuh merayap di atas sajadah. ia mencintai
keningku yang menempel pada sunyi sajadah.

subuh mencintai sajadah yang sunyi.
suara-suara menempel di dinding
dan di lantai dan di balik tubuh ruhku.

sajadah mencintai subuh yang mencintai keningku dengan heningnya.

2013

Sajak Subuh, 2

$
0
0
subuh mencintai ruhku yang tidak riuh. aku
menempelkan suara-suara ke atas sajadah
yang mencintai heningnya keningku.

keningku mencintai subuh yang mencintai
sajadah dengan heningnya. suara-suaraku
tak bisa mencintai subuh dengan bunyi.

dengan sunyinya, sajadah mencintai subuh
yang sepi. keningku menyimpan semua suara.

aku tak bisa mencintai sajadah dengan suara-suara.

sajadah mencintai keningku yang mencintai
hening subuh dan aku tenggelam pada sepi
yang menempel di dinding-dinding kamar.

kamarku tak bisa mencintai subuh
dengan dinding-dinding penuh suara.

di dinding dan di lantai kamarku, riuh ruh tubuhku
menyembunyikan suara-suara. sajadah dan subuh
tak bisa mencintai bunyi.

aku dan keningku hanya bisa dicintai subuh
dan sajadah dengan hening dan bunyi yang sunyi.

2013

Menunggu Magrib

$
0
0
magrib turun bersama hujan. hujan mencintai tanah
dengan segenap basahnya. magrib mencintai tanah
yang basah pula.

hujan turun di depan beranda rumah. magrib yang basah
mencintai mataku yang memandangi tanah.
tubuhku mencintai tanah juga.

magrib meletakkan kaki di beranda rumah
bersama hujan turun. aku memandangi tanah
yang kian basah. mataku pun.

hujan mencintai mataku yang menunggu magrib.

aku menjadi karib dengan magrib. di beranda
rumah, hujan duduk-duduk di kursi. menunggu
tanah yang kian lembut kian basah.

hujan duduk-duduk di beranda rumah, menunggu
aku dan magrib yang sedang main hujan di tanah.

hujan mengenakan sepatu hujan, ingin membawa
magrib pulang ke rumah. aku masih mau main hujan,
tak mau pulang.

"jangan main hujan lagi," kata hujan menirukan suara ibuku.
"sudah magrib,"

"tapi aku sedang bermain dengan magrib, bu." aku menjawab

aku tak ingin melepaskan magrib dari tanganku.
hujan ingin mengambil magrib
dan membawanya pulang.

"aku tak ingin pulang, bu." kata magrib, tiba-tiba
menirukan suaraku. "jangan main tanah lagi,"
hujan mengajak magrib pergi.

hujan mengajak magrib pulang dan aku
tak ingin pulang. tanah mencintai beranda
rumah, ia rindu dan tak tahu
di mana rumahnya.

magrib duduk-duduk di kursi, ngambek. hujan
merayu magrib agar mau pulang
ke rumah. aku berdiri terpaku
di tanah.

"rumahmu di mana, nak?" kata hujan kepadaku
dari beranda rumah. aku diam, hanya berdiri
dan memandangi kakiku di atas tanah.

aku duduk-duduk di atas tanah. menunggu magrib
yang telah dibawa pulang oleh hujan.

2013

Mistis dan Kutukan di Kumpulan Cerpen Milana

$
0
0



Oleh Mudin Em


Saya mengenal Bernard Batubara sebagai penulis puisi. Sekitar tahun 2010, saya membaca blognya dan menyukai puisipuisinya yang meresap ketika dibaca, tanpa harus memahami kata atau struktur kalimat yang rumit. Sebagai penyair muda, Bara punya kepercayaan diri yang kuat dalam katakata yang dipilihnya. Hal ini membuat puisipuisi Bara menjadi enak dibaca tanpa perlu bumbu yang berlebihan pada kalimatnya.

Sedikit kaget, tahun 2011, saya mendengar Bara menulis novel yaitu Radio Galau FM: Frekuensi Patah Hati dan Cinta yang Kandas. Namun, saya baru sempat membaca tulisan panjang Bara yang terbit tahun 2012 yaitu Kata Hati.

Di novel Kata Hati, saya melihat Bernard Batubara yang lain. Konflik percintaan remaja dengan plotplot yang tidak terlalu mengesankan, membuat saya berpikir bahwa Bara menurunkan levelnya dalam penulisan ini. Kata Hati tentu saja bukan bacaan yang buruk. Sebagai bacaan remaja dia layak untuk dibaca. Beberapa percakapan di novel tersebut cukup menarik. Satu yang menjadi concern saya buat Bara, justru pada kegenitannya menyusun kata yang layak kutip sepanjang novel.

Tahun ini, Bara kembali meramaikan dunia perbukuan dengan menerbitkan kumpulan cerpen yang berjudul Milana. Ini bukan hal mengejutkan mengingat saya tahu Bara juga menulis cerpen di blognya. Saya suka dengan cerpen Kemenangan Apuk yang Bara tulis untuk kumpulan cerpen Singgah. Karenanya, sejak dikabarkan Bara bahwa dia sedang membuat kumpulan cerpen ini, saya menunggu Milana keluar.

Kumpulan cerpen Milana dikemas dengan cukup apik. Ilustrasi dan warna covernya menarik, klasik namun tidak ketinggalan zaman. Mengingat dua kali saya dikecewakan secara fisik oleh kumpulan cerpen terbitan Gramedia (Perempuan yang Melukis Hujan dan Kukila), Milana nampak dibuat dengan konsep yang lebih matang. Pemilihan hurufnya lebih bijaksana, tidak kelihatan dibuat dengan ukuran besar untuk memenuhi halaman seperti dua kumpulan cerpen yang sebelumnya saya sebutkan.

Dengan 15 cerpen di Milana, Bernard Batubara cukup mengejutkan saya. Tujuh cerpen yang ditulisnya mengangkat tema yang agak berbeda dari tulisantulisan Bara biasanya. Entah saya baru melihat sisi lain Bara atau memang dia sedang mencoba mengeksplor tema baru, 7 cerpen yang saya akan bahas ini mengangkat halhal gaib, mistis atau berbau kutukan. Bara nampak tertarik mencipta mitos masyarakat pada ceritaceritanya.

Cerita Milana yang diletakan di akhir kumpulan cerpen adalah yang paling menarik buat saya. Usai membaca cerpen ini, saya cukup terhenyak mengingat Jembrana bukanlah lokasi yang fiksi. Bara membuat mitos terhadap Jembrana. Kutukan kematian berantai untuk lakilaki dan perempuan yang berkenalan kala menatap senja di Jembrana. Sayang, plot mengenai lelaki perekam senja yang mengawali kutukan ini terlalu kasar. Buat saya judul Senja di Jembrana juga lebih menarik dan representatif untuk cerpen ini ketimbang Milana yang sebenarnya tidak perlu menjadi tokoh sentral dalam menciptakan mitos di cerita ini.

Cerpen Cermin adalah cerita tentang kutukan yang lain. Sebuah cermin yang menghisap jiwa orang yang bercermin di sana. Bagaimana kegilaan terhadap fisik yang sempurna membuat Wono dan Maila terkena kutukan buruk rupa dari cermin tersebut. Tapi kutukan cermin ini bukan hal baru, Bara pun mengemasnya dalam setting lama, sehingga mitos yang ingin dilahirkan di cerita ini kurang mengesankan.

Pintu yang Tak Terkunci cukup membuat merinding pada beberapa deskripsinya. Awalnya saya mengira cerpen ini tentang rumah berhantu. Namun di bagian akhir cerita, saya melihat Bara menuliskan cerita ini sebagai metafor atas kegaiban hidup dan mati. Pengetuk pintu adalah dia yang hendak mengambil jiwamu.

Di cerpen Jung, Bara mengangkat mitos tentang anak laki dan perempuan yang lahir kembar. Entah ini mitos di mana, yang jelas memang bisa menjadi konflik yang menarik sekali untuk sebuah cerita. Sayangnya, Bara nampak terburuburu menulis cerpen ini. Kisah yang lebih panjang mungkin akan membuat mitos mengerikan ini menjadi lebih utuh dan mengejutkan.

Lain lagi di cerpen Tikungan. Di cerpen ini Bara menuliskan tentang dunia gaib yang memainkan peranan atas rentetan kecelakaan di sebuah Tikungan. Kejadian demi kejadian membuat tikungan di cerita ini menjadi keramat. Meski tidak terlalu suka dengan cara Bara menutup, namun mitos yang hendak dihidupkan di cerpen ini cukup berhasil. Tikungan menjadi cerpen kedua yang saya suka di kumpulan cerpen ini setelah Milana.

Cerpen Gua Maria dikemas dengan gaya cerita horor lama. Di cerpen ini Bara menjadikan kolam renang Gua Maria menjadi tempat yang mistis oleh kasus bunuh diri. Sebenarnya ceritanya mirip seperti asal mula hantu semacam kuntilanak atau si manis jembatan Ancol, namun fokus cerita pada kisah Suhanah dan Wanto membuat kengerian dari mitos kolam renang Gua Maria tidak terlalu hidup di bagian akhir.


Yang terakhir, Lelaki Berpayung dan Gadis yang Mencintai Hujan tidak terlalu mistis. Pertemuan seorang lelaki dengan gadis tak dikenal yang senang bermain hujan. Entah kenapa tibatiba gadis itu mengidap leukimia, yang jelas pertemuan dengan gadis kecil berikutnya yang mengajak lelaki itu menari menimbulkan korelasi yang gaib dengan gadis tak dikenal sebelumnya. Saya kurang terlalu menangkap arah fokus cerita ini.

Delapan cerpen lainnya tentu saja bertema cinta. Yang paling saya suka adalah Beberapa Adegan Yang Tersembunyi di pagi hari. Di cerpen ini Bara lebih mirip berpuisi daripada menulis cerpen. Selebihnya Lukisan Kali dan Pohon Tua, Malaikat, Surat untuk Fa, Semalam Bersama Diana Krall,  Semangkuk Bubur Cikini dan Sepiring Red Velvet cukup menyenangkan untuk dibaca namun kurang mengesankan buat saya.

-

dari blog: Mudin Em - "Mistis dan Kutukan di Kumpulan Cerpen Milana" http://omemdisini.com/mistis-dan-kutukan-di-kumpulan-cerpen-milana/

Penulis adalah pustakawan dan peminat literasi media & sastra anak. 

Tadarus

$
0
0
udara mengikis dan melepaskan huruf-huruf dari atas
halaman kitab. huruf-huruf beterbangan di udara penuh
asap dan melayang-melayang dalam cuaca penuh suara
bersin dan sakit kepala. kabut memenuhi tenggorokan.
kami tidak bisa lagi menyebut huruf-huruf. apakah alif
apakah laam apakah miim. apakah alif apakah laam
apakah raa. apakah alif apakah laam apakah saad.

udara dalam tenggorokan telah mengikis huruf-huruf
yang kami kenal sejak kecil. leher terasa penuh dan panas.
huruf-huruf menciptakan musim kemarau lewat mesin
dan layar televisi dan smartphone dan tablet pc dan
personal computer 29 inci. kabut memenuhi mata.
tak dapat lagi kami lihat huruf-huruf. apakah alif
apakah baa apakah tsa. apakah alif tak dapat lagi
kami baca.

apakah huruf-huruf telah kabur kian kabur dalam kabut yang
menjajah sejarah tuhan kami di mata dan di bibir yang
telah beku kian beku oleh huruf-huruf yang tidak lagi

kami kenal dan hanya mengambang
kian mengambang di dalam ruang
hampa udara.


2013

Cerita Dari Dalam Kamar

$
0
0
Saya sedang merasa sangat bosan. Dengan beberapa buku di atas kasur dan earphone serta ponsel untuk saya mendengarkan lagu sambil membaca, saya terbaring di dalam kamar. Saya tidak fokus membaca. Saya tidak betul-betul mendengarkan lagu yang terputar dari ponsel saya. Saya merasa bosan. Saya merasa tidak sedang ingin membaca atau mendengarkan lagu. Saya ingin melakukan hal yang lain.

Lalu saya melemparkan pandangan ke sekeliling kamar. Kamar saya tidak luas. Tidak sampai tiga meter persegi. Namun ternyata kamar saya cukup penuh dengan benda-benda antah-berantah. Saya melihat buku-buku yang berhamparan di lantai, saya melihat beberapa buah mug duduk tak beraturan di atas meja di dekat televisi, saya melihat pakaian bergelantungan di balik pintu, dan masih banyak benda-benda lain. Beberapa benda bahkan saya lupa mengapa saya bisa memilikinya dan mengapa mereka bisa berada di dalam kamar saya. 

Kemudian datanglah pikiran itu. Saya mengingat-ingat tentang benda-benda tersebut. Cerita mereka, bagaimana mereka bisa muncul di dalam kamar saya. Saya mengingat kisah yang dibawa oleh masing-masing benda itu hingga mereka saat ini tinggal bersama saya. Lalu, saya merasa ingin menuliskan cerita tentang benda-benda itu. Saya ingin memanggil kenangan tentang benda-benda itu dan mengabadikan kenangan itu di dalam sebuah tulisan.

"Cerita Dari Dalam Kamar", begitu saya menamai proyek kecil ini. Ini adalah proyek pribadi saja, sebenarnya. Sekadar untuk memaksa saya agar tetap menulis setiap hari. Singkat kata, proyek ini adalah sebuah proyek menulis 1 benda 1 hari 1 cerita, berlangsung selama bulan Agustus 2013. Jenis tulisannya adalah NONFIKSI. Itu artinya, jika saya tidak membelot dari komitmen, selama bulan Agustus ini saya akan memiliki 31 cerita tentang benda-benda yang ada di dalam kamar saya.

Seperti yang saya katakan, ini adalah proyek untuk diri saya sendiri. Namun, saya mempersilakan dan mengundang teman-teman yang ingin turut serta. Silakan ikut menulis di blog masing-masing, setiap hari tulis satu cerita tentang satu benda yang ada di kamarmu. Jangan lupa sertakan foto benda yang kamu ceritakan. Seperti saya, jika kamu rajin dan tidak mengingkari janji pada diri sendiri, maka di akhir Agustus kamu akan memiliki 31 cerita tentang 31 benda yang ada di kamar kamu. Setiap usai menulis satu cerita di blog, kamu bisa membaginya kepada saya dan teman-teman yang lain dengan tweet tautan (link) postingan blog kamu di Twitter, menggunakan tagar #CeritaDariKamar. Jika tidak sedang sibuk (atau malas, hehehe), saya akan membacanya satu per satu. Saya juga akan membaginya kepada teman-teman yang lain dengan retweet cerita dari kamarmu. :)

Begitulah. Mari rayakan Agustus dengan bercerita dari dalam kamar!

Update Terbaru: Cerita terpilih akan saya bacakan ON AIR di 95.8 FM Prambors Jogja, mulai September 2013. :D



- Bara



Milana Cetakan Ketiga!

$
0
0
Saya baru pulang dari sahur bersama beberapa teman dan hendak mencuci muka di kamar mandi, ketika teman satu kos saya menyerahkan sebuah paket yang sepertinya tiba di kos beberapa jam yang lalu saat saya masih berada di luar. Saya mengucapkan terima kasih kepada teman kos saya itu, lalu meletakkan paket tersebut di dalam kamar. Saya sempat melihat label yang tertera di bungkus paket tersebut: GRAMEDIA.

Setelah selesai mencuci muka, saya kembali ke kamar dan membuka paket tersebut. Ternyata isinya adalah beberapa eksemplar buku saya: Milana. Saya mengambil satu dan membuka halaman depan, di sana tertera sesuatu sekaligus merupakan kabar gembira yang menyertai dikirimnya paket itu: "Cetakan ketiga: Agustus 2013".

Alhamdulillah, Milana telah masuk cetakan ketiga! Dalam waktu kurang-lebih tiga bulan sejak ia terbit 25 April 2013. Saya bersyukur dan berterima kasih kepada para pembaca yang membeli Milana, terlebih jikalau menyukai cerita-cerita yang saya tulis di sana. Milana cetakan ketiga akan didistribusikan ke toko-toko buku dalam minggu ini. Silakan berburu bagi yang belum memiliki.

Sebagai berita tambahan, salah satu cerpen di dalam buku tersebut yang berjudul "Goa Maria" terpilih untuk diterjemahkan ke bahasa Inggris dan menjadi cerpen yang terkumpul dalam antologi Ubud Writers & Readers Festival 2013. Saya sendiri akan hadir pada festival sastra itu, 10-15 Oktober nanti. Cerpen "Milana", rencananya akan saya garap bersama seorang teman untuk menjadi sebuah film pendek. Semoga dapat segera terlaksana.

Demikianlah beberapa kabar menyenangkan di bulan Ramadan kali ini. Ramadan selalu membawa berkah. Saat menuliskan ini, saya sedang berada di bandara dan akan terbang menyeberang pulau menemui keluarga di rumah untuk mendapatkan berkah lain. :)

Terima kasih para pembaca. Selamat Ramadan.



- Bernard Batubara



[Interview] Pontianak Post

$
0
0
Saya tinggal (untuk sementara ini) di Jogja. Setiap bulan Ramadan, saya pulang ke kampung halaman, di Pontianak, Kalimantan Barat. Ramadan tahun ini, saya pulang kampung disambut dengan salah satunya oleh seorang wartawan harian lokal yang sudah dari jauh-jauh hari menanyakan kepada saya via Twitter kapan saya akan pulang ke Pontianak. Setelah saya pulang, keesokan harinya kami bertemu di Ayani Mega Mall Pontianak dan melakukan sesi wawancara.

Tanya-jawab berlangsung lancar. Kebanyakan seputar karir menulis saya. Dan karena profil saya akan dimuat di edisi Ramadan, maka saya pun diberi pertanyaan-pertanyaan seputar mudik dan lebaran.

Berikut gambar hasil wawancara tersebut yang dimuat di harian Pontianak Post, Rabu 7 Agustus 2013.




Ranti on "Senja di Jembrana (Milana)"

Bernard Batubara & Dewi Lestari Bicara Alihwahana Buku ke Film di MIWF 2013

$
0
0



Dua penulis cerita asli, Dewi Lestari dan Benz Bara, masing-masing berbagi pengalaman dan pendapat mengenai alihwahana buku karya mereka ke medium film. Apa pendapat jujur mereka?


BERTEMPAT di Fort Rotterdam, Sabtu 29 Juni 2013, diskusi seru yang dipandu oleh Aan Mansyur, mengetengahkan soal-soal dalam alihwahana buku ke film yang menjadi tren di industri film belakangan ini.
Benz Bara menyatakan ia baru merasakan pengalaman pertama lewat dua bukunya yang sudah difilmkan dari satu produser yang sama dan dalam produksi keduanya, ia hanya memosisikan diri sebagai konsultan cerita. Sedangkan Dewi Lestari, yang hampir semua karyanya sudah dialihwahanakan ke film, mengatakan bahwa ia sudah tiga kali merasakan di posisi yang berbeda dalam pengalihawahanaan buku karyanya ke film: sebagai penulis skenario, sebagai konsultan cerita, dan tak terlibat dalam produksi.
Diskusi ini merupakan diskusi paling ramai pengunjung selama pelaksanaan Makassar International Writers Festival yang digelar mulai tanggal 25-29 Juni 2013. Silakan menikmati tayangan rekaman LIVE selama diskusi berlangsung.
(diambil langsung dari website Alinea Tv)

Membaca Puisi di Fort Rotterdam MIWF 2013

$
0
0


Saya membaca beberapa puisi dari buku Angsa-Angsa Ketapang di Fort Rotterdam, Makassar, pada perhelatan Makassar International Writers Festival (MIWF) 2013, 25-29 Juni 2013.


Vienda [Poetry Reading] Aku Ingin Mencintai dan Melupakanmu dengan Sederhana

Viewing all 402 articles
Browse latest View live