Quantcast
Channel: Bernard Batubara
Viewing all articles
Browse latest Browse all 402

Menunggu Magrib

$
0
0
magrib turun bersama hujan. hujan mencintai tanah
dengan segenap basahnya. magrib mencintai tanah
yang basah pula.

hujan turun di depan beranda rumah. magrib yang basah
mencintai mataku yang memandangi tanah.
tubuhku mencintai tanah juga.

magrib meletakkan kaki di beranda rumah
bersama hujan turun. aku memandangi tanah
yang kian basah. mataku pun.

hujan mencintai mataku yang menunggu magrib.

aku menjadi karib dengan magrib. di beranda
rumah, hujan duduk-duduk di kursi. menunggu
tanah yang kian lembut kian basah.

hujan duduk-duduk di beranda rumah, menunggu
aku dan magrib yang sedang main hujan di tanah.

hujan mengenakan sepatu hujan, ingin membawa
magrib pulang ke rumah. aku masih mau main hujan,
tak mau pulang.

"jangan main hujan lagi," kata hujan menirukan suara ibuku.
"sudah magrib,"

"tapi aku sedang bermain dengan magrib, bu." aku menjawab

aku tak ingin melepaskan magrib dari tanganku.
hujan ingin mengambil magrib
dan membawanya pulang.

"aku tak ingin pulang, bu." kata magrib, tiba-tiba
menirukan suaraku. "jangan main tanah lagi,"
hujan mengajak magrib pergi.

hujan mengajak magrib pulang dan aku
tak ingin pulang. tanah mencintai beranda
rumah, ia rindu dan tak tahu
di mana rumahnya.

magrib duduk-duduk di kursi, ngambek. hujan
merayu magrib agar mau pulang
ke rumah. aku berdiri terpaku
di tanah.

"rumahmu di mana, nak?" kata hujan kepadaku
dari beranda rumah. aku diam, hanya berdiri
dan memandangi kakiku di atas tanah.

aku duduk-duduk di atas tanah. menunggu magrib
yang telah dibawa pulang oleh hujan.

2013

Viewing all articles
Browse latest Browse all 402