Pertanyaan lain dari pembaca yang pernah masuk ke kanal-kanal media sosial saya: bagaimana cara saya menemukan bacaan saya selama ini?
Ada satu fase dalam hidup saya ketika saya merasa tertinggal sebagai pembaca. Saya melihat teman-teman penulis yang sebaya membaca buku-buku bagus lebih banyak, salah satunya saya kira karena mereka membaca lebih awal. Sementara saya mulai belakangan. Mungkin karena tidak ada yang memberitahu saya buku apa yang harus dibaca dan di mana mencari buku-buku tersebut.
Saya percaya ada banyak jalan menuju bacaan favorit berikutnya, termasuk jalan-jalan berikut yang saya alami selama ini:
1. Rekomendasi Personal
Bacaan saya sejauh ini sebagian saya dapatkan dari rekomendasi orang-orang yang saya kenal. Beberapa di antaranya teman penulis. Suatu hari dalam perbincangan singkat dengan novelis, saya mendapat ide untuk membaca buku-buku peraih Nobel Kesusastraan. Penulis lain yang saya sukai karyanya membuat blog berisi jurnal tentang buku-buku yang ia baca. Sesekali di kesempatan lain, secara langsung saya mendapat rekomendasi bacaan dari teman yang cukup dekat yang juga penulis.
Saya juga mengumpulkan bacaan dari buku-buku yang memenangi penghargaan (paling sering Pulitzer Prize dan Man Booker Prize). Kadang-kadang enggak mesti yang juara, yang sekadar masuk nominasi pun saya catat karena ada kemungkinan lebih bagus dari yang menang. Jalan lain: saya mencatat buku-buku yang disebut di halaman-halaman buku yang sedang saya baca, yang menjadi rujukan penulisnya (saya menemukan Raymond Carver dan Dostoyevsky dari novel-novel Haruki Murakami).
3. Media
Sekali waktu saya juga menengok daftar buku rekomendasi di media mainstream, semacam 100 Notable Books oleh New York Times atau The Best 100 Nonfiction Books oleh The Guardian. Tentu saya tidak mencatat semuanya, hanya beberapa yang kutipan atau ulasan singkatnya menarik perhatian saya. Di lain waktu saya tidak mencari buku, melainkan penulis yang menulis buku dengan tema terkait buku yang sedang saya baca. Misal ketika saya membaca Sejarah Tuhan Karen Armstrong, saya menemukan Richard Dawkins yang menulis The God Delusion dan Reza Aslan yang menulis God. Dalam hal ini, Internet sangat membantu.
Kadang-kadang, saya mendapatkan rekomendasi bacaan dari film yang saya tonton. Film-film bagus biasanya menampilkan adegan aktor atau aktris yang sedang membaca buku. Meski seringnya cuma jadi pajangan, tapi kemunculan buku di adegan-adegan film bisa memberi ide bacaan berikutnya. Saya pernah membaca ulang The Old Man and the Sea Ernest Hemingway setelah melihat Denzel Washington membaca buku tersebut di sebuah kafe, dalam film The Equalizer. Saya membeli buku The Orchid Thief Susan Orlean usai menonton Adaptation, Spike Jonze.
5. Medsos
Twitter, Facebook, dan Instagram juga punya andil cukup penting bagi pencarian saya atas bacaan baru. Suatu hari saya membaca percakapan dua orang teman penulis di Twitter dan dari sana saya menemukan penulis favorit saya, Etgar Keret. Ketika sering mengoceh soal Etgar Keret, seorang admin toko buku daring memberitahu saya penulis asal Yahdu lainnya: Benny Barbash, novelnya berjudul menarik, My First Sony. Saat mencari buku-buku kajian Islam, saya bertanya via Instagram Story dan mendapatkan banyak rekomendasi buku, salah satunya yang kemudian jadi favorit saya, Islam: Pemikiran dan Peradaban oleh Fazlur Rahman.
Omong-omong soal rekomendasi, sebetulnya saya cukup sulit menerima saran bacaan dari orang lain, terutama yang belum saya percayai selera bacaannya. Saya harus mengakui ini karena cukup sering merasa bersalah ketika ada teman atau kenalan yang menyarankan saya untuk baca buku ini dan itu tapi enggak pernah saya anggap serius, padahal mereka memberi rekomendasi dengan sangat antusias. Masalahnya, saya sudah punya daftar bacaan. Semacam daftar pekerjaan rumah yang saya rancang. Saya hanya akan menginterupsi daftar tersebut jika saya sendiri yang menemukan bacaan baru di luar daftar, atau seseorang yang saya percayai bacaannya memberi saya rekomendasi.
Hal-hal bagus datang dari berbagai arah. Jika kita membuka mata dan tahu apa yang ingin kita cari, niscaya bakal ketemu. Apalagi ada Internet, rasanya enggak ada alasan untuk enggak menemukan bacaan bagus. Terus, katanya kalau kita memikirkan sesuatu terus-menerus, kita akan terus-terusan melihat hal tersebut di berbagai tempat yang kita datangi. Jadi teruslah pikirkan buku di kepalamu, niscaya buku-buku bagus, bacaan favoritmu berikutnya, akan muncul ke manapun arah matamu memandang.