Saya cukup sering dapat pertanyaan di Twitter atau Instagram seputar buku. Mulai dari rekomendasi buku, tempat beli buku, sampai cara saya membaca buku. Yang terakhir ini menggelitik saya karena sepertinya saya memang belum pernah cerita tentang cara membaca buku. Semata-mata karena saya merasa enggak ada yang khusus dari cara saya membaca buku.
Tapi saya percaya membaca adalah kegiatan yang sangat personal. Setiap orang bisa punya pengalaman, tujuan, termasuk cara membaca buku yang berbeda. Saya pernah dengar seorang teman yang juga penulis berkata ke pembacanya di sebuah talkshow bahwa ia membaca beberapa buku sekaligus.
Menarik, saya pikir. Kenapa saya tidak pernah mencoba membaca beberapa buku sekaligus? Pulang dari talkshow itu saya melakukannya. Saya baca empat buku, bergantian sesuai mood. Ternyata tidak berjalan baik. Saya sulit fokus, enggak memperoleh ikatan yang kuat pada buku mana pun, dan yang paling parah, susah mengingat apa yang sudah saya baca.
Terus saya teringat lagi pada hal yang saya yakini sejak awal, bahwa membaca merupakan kegiatan yang sangat personal. Mungkin bagi teman saya, membaca beberapa buku sekaligus membantunya untuk membaca lebih banyak atau lebih baik, tapi cara itu tidak berhasil buat saya. Saya lebih senang baca satu buku demi satu buku, menyelesaikannya sebelum berpindah ke yang lain.
Jadi mungkin memang ada yang bisa dibagi tentang cara membaca. Setelah mengingat-ingat pengalaman sendiri, kira-kira beginilah cara saya membaca buku selama ini:
1. Satu-Satu
Saya sudah coba membaca beberapa buku sekaligus. Tidak berhasil. Bukannya meraup lebih banyak pengetahuan, saya jadi enggak fokus dan gampang lupa sama apa yang sudah saya baca.
Jadi saya balik ke cara semula, beresin dulu satu buku baru pindah ke yang berikutnya. Cara ini bikin saya lebih fokus dan mengingat lebih baik. Keterikatan dengan apa yang saya baca pun jadi terasa kuat, efek aftertaste-nya pun jadi lebih membekas.
2. Bikin Jadwal Baca
Pada dasarnya saya senang membaca, jadi tanpa bikin jadwal pun saya tetap akan membaca setiap hari. Tapi ada saatnya saya mewajibkan diri untuk membaca, terutama ketika lagi malas membaca dan tumpukan buku yang belum terbaca semakin tinggi. Saya punya jadwal membaca buku yang simpel: satu jam tiap pagi habis bangun tidur dan satu jam sebelum tidur malam. Ini hanya batas minimum. Seringnya saya keasyikan baca sampai lewat dari satu jam.
Jadwal seperti ini membantu saya mengurangi rasa berdosa pada buku-buku yang sudah dibeli dengan sporadis dan tak berujung jadi tumpukan di sudut kamar.
Juga membantu saya biar enggak dapat hasil yang malu-maluin di Goodreads Reading Challenge.
3. Bawa Bloknot & Sticky Notes
Yang paling penting dari membaca buku bukanlah seberapa banyak buku yang sudah kamu baca, melainkan seberapa dalam kamu memahami isi buku tersebut. Saya selalu bawa dua benda ini, bloknot & sticky notes untuk membantu saya mencatat & menandai bagian-bagian yang menarik selama membaca buku.
Bagian-bagian menarik bisa macam-macam: pernyataan, pertanyaan, istilah, informasi mengenai tempat, kronologi sebuah peristiwa, sampai referensi yang disebut oleh penulis. Yang terakhir ini bagian yang paling saya suka. Biasanya habis baca buku yang bagus jadi ketemu buku-buku berikutnya (atau bahkan film!) yang juga bagus.
Mencatat adalah cara saya mengingat dan memahami lebih dalam buku-buku yang saya baca.
Sticky notes warna-warni alat yang ampuh buat nandain bagian penting biar enggak lupa.
4. Telusuri Jejak-Jejak Referensi Lain
Biasanya kalau baca buku, saya enggak hanya baca apa yang ada di buku tersebut. Kalau nemu istilah, kota, organisasi, judul buku, judul film, jurnal, nama-nama tokoh, saya akan melakukan penelusuran lebih lanjut. Lewat apa? Google dong. Jadi sambil baca buku saya bakal mencatat dan sesekali buka browser buat cari tahu hal-hal yang disebut di buku tapi enggak dijelasin secara lengkap oleh penulisnya.
Dengan cara ini saya jadi dapat informasi lebih banyak dari apa yang disediakan di dalam buku. Saya jadi memperoleh pengetahuan yang lebih komperehensif, sekaligus mengantarkan saya ke wacana-wacana terkait yang seringnya membawa saya ke bacaan berikutnya yang lebih menarik.
Catatannya bisa jadi bahan buat bikin ulasan juga!
5. Tulis Ulasan Buku
Kalau kata David Mitchell, buku yang belum selesai dibaca ibarat hubungan asmara yang belum beres. Alias ngegantung enggak enak. Kata saya, bahkan buku yang sudah selesai dibaca pun belum berarti sudah beres. Bagi saya proses membaca sebuah buku baru bisa dikatakan selesai kalau sudah ditulis ulasannya.
Selain bukti kepada diri sendiri bahwa saya sudah selesai membaca buku tersebut, membuat ulasan adalah cara saya mengingat ulang dan mengelaborasi pengetahuan yang saya dapatkan dari buku itu.
Nah, begitulah kira-kira cara saya membaca buku. Kalau kamu gimana? Sama atau beda? Share dong di kolom komentar.