Kali pertama saya menyadari bahwa saya dilabeli sebagai "penulis romance" oleh orang-orang yang membaca buku saya, saya merasa kesal. Makna dan keinginan saya sebagai penulis seakan-akan direduksi ke dalam sebuah genre: romance. Padahal motivasi awal saya menjadi penulis adalah ingin membuat novel fantasi seperti J. K. Rowling menulis Harry Potter-- novel yang memantik ambisi lugu saya ingin jadi seorang penulis.
Namun, lama-lama saya mulai menerima label tersebut sebagai sesuatu yang alami dan tidak terhindarkan. Kini saya menjadikannya fokus, dan senjata untuk menyampaikan gagasan-gagasan di luar label itu. "Cinta" menjadi tema yang saya gunakan sebagai kulit cerita, yang di dalamnya terdapat beragam pikiran saya mengenai banyak hal: konflik sosial, hukum, identitas, hingga agama dan ketuhanan.
Bagi saya, pada titik tertentu semua cerita adalah cerita cinta. Saya menggali kenangan tentang cerita-cerita cinta yang pernah saya alami (yang sebagian besar gagal dengan caranya sendiri) dan menyajikan cerita kepada pembaca, demi berbicara kepada mereka tentang bagaimana saya memaknai cinta, dan tentu saja, patah hati.
Di atas adalah cuplikan wawancaranya. Baca selengkapnya wawancara terbaru saya oleh Hanny Kusumawati di blognya: Bernard Batubara: On Stories, Love, and Heartbreaks (in English)