Bagaimana Caranya Menjadi Penulis?
Saya selalu bingung menjawab pertanyaan itu. Pertanyaan, yang, entah mengapa masih juga sering saya terima. "Bagaimana caranya menjadi penulis?" Untuk pertanyaan itu, saya lagi dan lagi, dan selalu menjawab: "Ya, menulis lah." Saya katakan dengan tegas kepadamu, tak ada cara lain untuk menjadi penulis, selain: menulis.
Ada dua “K” yang penting dalam menulis, yaitu komitmendan konsisten. Mau menjadikan menulis kegiatan yang (terasa) mudah? Jadikanlah kebiasaan. Menulislah dengan rutin. Kamu bertanya, mengapa sih terasa susah mewujudkan ide di kepala menjadi tulisan? Itu karena tidak membiasakan diri menghubungkan kepala dengan jari tangan. Menulis, sama halnya seperti orang bermain gitar. Apa yang ingin dimainkan, kunci-kunci dan nada-nada di kepala, harus terhubung dengan jari-jari tangan. Bagaimana caranya? Ya, biasakan dan rutin berlatih. Rutinitas akan membuat kegiatan yang kita lakukan terasa mudah, karena kita sudah terbiasa. Begitu pula dengan menulis.
Menulis adalah keterampilan. Dan, seperti halnya keterampilan lain, kamu hanya akan terampil jika rajin berlatih. Tak ada orang yang tadinya tak bisa menulis kemudian tiba-tiba menjadi penulis besar dalam semalam. Ada proses yang harus dilewati. Proses inilah yang tak semua orang tahan menekuninya. Ada yang tumbang sejak awal. Ada yang menyerah di pertengahan. Kamu akan mendapatkan hasil yang setara dengan proses yang telah kamu jalani. Malas berproses? Kamu takkan jadi apa-apa.
Banyak juga yang bertanya, bagaimana saya bisa terlihat begitu cepat menyelesaikan naskah buku-buku saya? Baiklah, akan saya jawab.
Satu metode yang selalu saya pegang dan terapkan setiap menulis adalah: "Menulis cepat. Menulis buruk.".Menulislah dengan cepat. Menulislah dengan buruk. Baru kemudian naskah yang buruk tersebut diperbaiki dengan menyunting. Kamu tak bisa menyunting naskah yang tak ada. Menulislah dengan cepat dan buruk. Jangan dulu khawatirkan bagusnya. Jangan bebankan kepalamu dengan keharusan menulis bagus pada tahap pertama. Menulislah dengan cepat dan bebas, meskipun hasilnya (sudah pasti) buruk.
Kebanyakan penulis pemula (saya juga) kesulitan menyelesaikan tulisannya karena mereka menulis sambil menyunting/mengedit. saya katakan kepadamu, jangan menulis sambil menyensor. Tulislah apapun yang kamu pikirkan. Tak masalah kalaupun jelek. Itulah yang saya lakukan pada naskah-naskah cerpen maupun novel saya. Saya menulis cepat, dan saya menulis buruk sekali. Berikutnya yang saya lakukan adalah menyunting naskah buruk tersebut, menjadi naskah yang baik. Ingat, "writing is rewriting".Naskah, draf pertama adalah sampah. Tak mungkin kau menghasilkan naskah yang sempurna pada tahap pertama. You need to rewrite your draft.
Jadi:
1. Menulislah buruk, menulislah cepat.
2. Jangan menulis sambil menyensor.
3. Write first, edit later.
Lalu, pertanyaan berikutnya yang sering datang kepada saya adalah, "Ide tulisan sudah nyangkut di otak, tapi pas mau nulis malah hilang. Bagaimana?" Ya, saat nyangkut di otak, langsung catat, tuliskan. Beres. "Kapan waktu yang tepat untuk menulis?" Waktu yang tepat adalah waktu kamu merasa ingin menulis. Dan jika kamu betul-betul cinta menuils, kamu akan selalu merasa ingin menulis. Satu hal yang perlu juga diperhatikan adalah, temukan waktu yang paling enak untuk kamu menulis. Beberapa penulis lebih enak menulis saat pagi hari setelah bangun tidur. Beberapa yang lain pada tengah malam sebelum tidur. Terserah. Yang penting kamu selalu menyediakan waktumu untuk hal yang kamu cinta. Untuk menulis.
Tentang inspirasi? Inspirasi bisa didapat lewat dua cara: (1) Ditunggu saja (datangnya tiba-tiba), dan (2) dipancing. Jangan manjakan dirimu dengan hanya menunggu. "Bagaimana caranya memancing inspirasi?" Oh, banyak sekali cara yang bisa kamu lakukan untuk memancing datangnya ide tulisan. Observasi, baca buku, bermain lempar kata, dan lain-lain. "Bagaimana kalau kehabisan ide?" Saya katakan, mustahil kita kehabisan ide. Kamu hanya malas berpikir dan tidak peka. Ide selalu bertebaran di sekelilingmu. "Di tengah menulis kehilangan ide. Bagaimana?" Itu bukan kehilangan ide. Dugaan saya, kemungkinan kamu tak pernah membuat kerangka cerita/outline. "Sedang menulis sesuatu, tapi datang ide baru." Catat idemu dulu, lalu kembali fokus pada tulisan yang sedang dikerjakan. Jangan kabur dari naskah yang setengah selesai hanya demi ide baru. Terus berlari kepada ide baru yang tampak lebih menarik dengan meninggalkan naskah separuh jadi hanya menunjukkan ketidakmampuanmu menyelesaikan apa yang sudah kamu mulai.
Biasakan menulis. Kamu tak bisa mengharapkan naskah yang bagus, jika kamu hanya menulis sekali dalam seminggu, atau sekali dalam sebulan. Menulislah yang banyak. Kuantitas menuju kualitas. Seiring kamu semakin banyak menulis, koneksi otak ke jari-jarimu semakin baik. Ketika koneksi otak ke jari-jarimu semakin baik, mengeluarkan kata-kata untuk menjadi sebuah tulisan tak jadi sulit lagi.
Yang terpenting juga dalam menulis, pasang target/deadline. Mustahil kamu menyelesaikan novelmu dengan segera jika kamu tak memasang deadline untuk dirimu sendiri. Tidak memasang deadline membuatmu malas-malasan, dan kamu jadi mengulur-ulur waktu menulismu. Target dan deadlinemembuatmu bisa mengukur seberapa banyak yang harus kamu tulis setiap harinya. Memberimu tanggungjawab dan "keharusan". Misal: saya ingin menulis novel 100 halaman. saya pasang target 2 bulan (60 hari). Berarti, setiap harinya saya harus menulis minimal 2 halaman.
Bukan hal yang begitu berat, bukan?
Kira-kira begitulah, jawaban yang bisa saya berikan untuk beberapa pertanyaan yang paling sering muncul terkait menulis. Semoga mencerahkan. Dan yang terpenting, segeralah mulai menulis!
- Bara