Setiap tahun, biasanya saya punya satu penulis favorit baru. Tandanya saya mulai tertarik dengan seorang penulis adalah saya akan memburu buku-bukunya yang lain dan membacanya secara berturut-turut. semacam melakukan studi atau pendalaman atas dunia tulisannya. Dua tahun lalu, saya tergila-gila dengan Haruki Murakami, tahun lalu saya terpesona dengan Orhan Pamuk, dan tahun ini highlight saya ada pada Etgar Keret.
Etgar Keret adalah penulis asal Israel. Meski demikian, ibunya berkata bahwa Keret juga orang Polandia. Dia lahir di Ramat Gan, sebuah kota di kawasan distrik Tel Aviv, 49 tahun yang lalu. Istrinya, Shira Geffen, seorang penulis skenario dan buku anak-anak. Anaknya, Lev Keret, lahir tujuh tahun sebelum ayah Keret meninggal. Kisah keluarga mereka ditulis dalam memoar "The Seven Good Years", buku yang paling saya sukai dari seluruh buku Keret yang sudah saya baca.
Tahun ini saya membaca lima buku Keret: "The Bus Driver Who Wanted to be God", "The Girl on the Fridge", "The Nimrod Flip Out", "Missing Kissinger", dan "The Seven Good Years". Kali pertama tahu Keret dari seorang teman penulis yang lebih dulu menyukai cerpen-cerpennya. Saya mulai membaca satu-dua cerpen keret di majalah New Yorker versi daring, dan sejak itu mencari buku-bukunya.
Cerita-cerita Keret pada awalnya akan terasa seperti lawakan dari seseorang yang sinis terhadap dunia. Keret gemar mengejek kebahagiaan. Namun, ketika saya membaca cerpen-cerpennya lebih banyak lagi, terutama setelah membaca memoarnya dan kemudian menyimak wawancara-wawancaranya, saya baru sadar bahwa Keret bukan seorang yang sinis. Ia adalah seorang optimistis. Atau, seperti kata sepenggel testimoni di salah satu bukunya: "Keret adalah seorang sinis yang tidak bisa menahan semburat optimismenya."
Sebagai orang Israel, Keret sangat kritis terhadap perang. Bisa dilihat dari cerpen-cerpennya yang meletakkan situasi-situasi perang ke dalam lelucon menyenangkan dan mengejeknya habis-habisan di sana. Hal unik dari Keret adalah, ia ternyata sosok yang penuh pengharapan baik. Kedua orangtuanya penyintas holocaust, saat ini ia tinggal di wilayah konflik (sebuah tulisan berjudul "pastrami" di memoarnya bagus sekali), tetapi pandangannya sangat positif dan optimistis pada masa depan dunia (barangkali ini dipengaruhi oleh kelahiran anaknya, juga karakter ayahnya yang sangat menarik; cerita tentang ayahnya bisa jadi satu tulisan lain)
Saya selalu senang kalau punya penulis kesukaan baru. Rasanya seperti punya gebetan atau pacar baru. Saya ingin membaca karya-karyanya lebih banyak, mengenalnya lebih dalam, mengetahui seluk-beluk dirinya di luar dari apa yang ia tulis, dan berharap suatu hari bisa bertemu langsung dengannya.
Sebagai tanda bahwa saya menyukai etgar keret, saya membuat cukup banyak tulisan tentang bukunya dan menerjemahkan beberapa cerpennya yang saya suka. Cari di tab Tulisandi blog ini.