Quantcast
Channel: Bernard Batubara
Viewing all articles
Browse latest Browse all 402

Perempuan Dalam Mimpi [Episode 1]

$
0
0

Perempuan Dalam Mimpi
Episode 1



Saat kepalaku yang penuh pikiran ini sedang meracau tentang mimpi-mimpiku semalam, aku sedang berada di sebuah kafe. Duduk di no smoking area dengan sebuah laptop yang terbuka dan secangkir kopi yang sudah setengah diminum. Aku tidak sedang menunggu siapa-siapa, kalau saja kau bertanya-tanya.

Tadi malam aku bermimpi. Aku bertemu seorang perempuan di sebuah halte bus. Dan di dalam mimpi itu, aku merasa sangat mengenalnya. Tetapi sepertinya dia tidak mengenalku. Maka aku putuskan untuk tidak menyapanya, karena bisa-bisa aku diteriaki orang gila dan dikeroyok orang-orang di jalan.

Padahal sebenarnya itu hanya sebuah mimpi.

Oh ya, aku sedang duduk saja di sini dan tidak sedang menunggu siapa-siapa. Tetapi perempuan yang ada di luar jendela, duduk di kursi smoking area itu mungkin menunggu siapa-siapa. Kau boleh bertanya kepadanya jika mau. Aku? Oh, aku lebih suka melihat dan menatapnya dari sini saja. Dari tempat yang agak jauh. Dari kursiku.

Perempuan itu. Mirip perempuan yang ada di dalam mimpiku.

Dan kemudian aku tidak bisa menahannya. Tiba-tiba saja kakiku bergerak sendiri dan melangkah menghampiri perempuan itu. Aku keluar dari no smoking area dan mendekatinya. Kini aku berdiri di hadapannya. Di depan meja bulat kecil tempat perempuan itu meletakkan segelas kopi dan ponselnya.

Untuk ukuran perempuan yang memiliki wajah cantik, dia harusnya punya hidup yang menyenangkan. Dan jika dia punya hidup yang menyenangkan, harusnya dia lebih banyak tersenyum. Tetapi selama beberapa waktu terakhir, aku tidak melihat ia tersenyum.

“Kamu perempuan yang ada di dalam mimpiku.”

“Ya?” perempuan itu menoleh kepadaku.

“Kamu perempuan yang ada di dalam mimpi-mimpiku.”

Sorry?” dahinya mengernyit. Bibir merahnya melengkung ke atas. Mencoba untuk ramah tapi tidak bisa menghilangkan ekspresi herannya terhadapku.

“Kamu perempuan yang ada di dalam banyak mimpiku bahkan ketika tidurku tidak pernah sampai ke lelap.”

Perempuan yang jarang tersenyum itu kemudian melempar pandangan heran terakhirnya, sebelum akhirnya ia beranjak dari kursi dan pergi. Aku berdiri sendiri. Terpaku di tempatku. Menatapnya pergi menjauh melangkah keluar kafe.

Aku yakin, aku pernah melihat perempuan itu sebelumnya. Tidak hanya di dalam mimpi. Tidak hanya saat ini.


(bersambung ke episode - 2)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 402