Minggu (29/3) kemarin, saya dapat kesempatan yang sebetulnya cukup langka. Yakni, bertemu dengan teman-teman pembaca di Samarinda, Kalimantan Timur. Saya bilang langka, karena memang jarang penerbit memasukkan jadwal talk show di daerah Kalimantan. Biasanya hanya di pulau Jawa. Tapi kemarin, dalam rangka Samarinda Book Fair 2015, saya akhirnya bisa bertandang ke Samarinda (dan pada hari berikutnya ke Balikpapan untuk mengisi kelas menulis) dan menemui teman-teman pembaca di sana.
Hari Sabtu (28/3) saya terbang dari Jogja. Karena tidak ada penerbangan langsung dari Jogja ke Samarinda, jadi saya mendarat di Balikpapan terlebih dahulu. Setelah mengagumi bentuk dan kebersihan bandara Sepinggan, saya dijemput oleh sopir dan kami langsung beranjak menuju Samarinda. Pada saat itu hampir pukul sembilan di malam hari. Kata pak sopir, perjalanan ke Samarinda akan ditempuh selama dua setengah hingga tiga jam.
Pemandangan yang saya temui di perjalanan dari Balikpapan ke Samarinda membawa perasaan saya ke kampung halaman sendiri. Kami melewati jalan raya yang diapit oleh hutan. Sama seperti jalan yang saya tempuh dari Pontianak ke Anjongan dan sebaliknya. Menyusuri jalan raya Balikpapan – Samarinda membuat saya merasa pulang. Apalagi, di tengah jalan Papa menelepon dan kami mengobrol.
Seperti perkiraan, kami tiba di Samarinda hampir pukul dua belas malam.
Setelah mobil parkir di pelataran hotel tempat saya akan menginap, saya turun dan melangkah menuju lobi. Sopir sudah beranjak pergi. Di dalam, saya bertemu dengan Baihaqi, perwakilan tim promosi Kelompok Penerbit Agromedia, yang akan menemani saya selama saya berada di Samarinda dan Balikpapan dua hari ke depan. Sebetulnya Baihaqi tidak hanya menemani saya, melainkan juga Moammar Emka dan Hikmat Kurnia. Saya tidak perlu lagi menjelaskan siapa Moammar Emka. Pak Hikmat Kurnia, dia adalah direktur Kelompok Agromedia.
Kami-Saya, Moammar Emka, dan Hikmat Kurnia-dijadwalkan untuk mengisi sesi penulisan kreatif dalam rangka Samarinda Book Fair 2015, di gedung olah raga Segiri, Kota Samarinda. Pada acara tersebut, masing-masing dari kami akan berbicara tentang penulisan fiksi, penulisan nonfiksi, dan dunia penerbitan.
Keesokan paginya, saya berangkat ke GOR Segiri bersama Baihaqi. Jarak dari hotel yang kami tempati dan GOR Segiri sangat dekat, tidak sampai sepuluh menit perjalanan. Tiba di GOR Segiri pukul sepuluh kurang lima belas menit, beberapa kursi di depan panggung sudah terisi. Panitia menyiapkan alat-alat untuk saya menyampaikan materi. Saya menyiapkan diri.
Karena persiapan teknis dan menunggu peserta datang, sesi saya dimulai lima belas menit agak terlambat dari yang sudah dijadwalkan. Saya pun mulai menyampaikan materi yang sudah saya siapkan. Materi tersebut bertajuk “Bagaimana Caranya Bercerita?” dan berisi hal-hal mendasar dalam penulisan kreatif. Materi itu sudah pernah saya sampaikan pula di beberapa kelas menulis sebelumnya di tempat-tempat lain.
Peserta yang tadinya cukup sedikit, lama-lama bertambah ramai seiring topik presentasi semakin masuk ke detail. Saya merasa gembira karena semua yang hadir tampak serius menyimak apa yang saya sampaikan. Saya bisa melihatnya dari bagaimana mereka bersemangat ingin mengajukan pertanyaan saat sesi tanya-jawab dibuka.
Selesai menyampaikan materi dan tanya-jawab, saya turun dari panggung dan menemui beberapa pembaca. Sempat dihampiri oleh seorang jurnalis dari Kaltim Post yang ingin melakukan wawancara, juga bertemu dengan Nisa, perwakilan @PembacaBara di Samarinda (teman-teman sila cek akun Twitter @PembacaBara untuk bergabung dengan teman-teman yang lain J).
Menjelang sore, saya dan tim bergerak menuju Gramedia Big Mall Samarinda untuk talk show “Jatuh Cinta” dan book signing. Tiba di lokasi tepat waktu, ternyata host acara sudah bercuap-cuap seru dengan teman-teman pembaca yang sudah duduk rapi di kursi-kursi di area venue. Acara dibuka dan saya pun menceritakan beberapa hal tentang buku terbaru saya, Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri. Interaksi berlangsung seru dan menyenangkan. Acara ditutup dengan foto bareng kru sales toko buku Gramedia Big Mall Samarinda dan teman-teman pembaca di Samarinda.
Malam harinya, kami-Moammar Emka, Hikmat Kurnia, Baihaqi, dan Tanto (tim pemasaran Agromedia Samarinda)-beranjak ke Balikpapan. Menyusuri jalan raya yang telah gelap, semua merasa kelaparan. Kami menepikan kendaraan di salah satu warung durian di pinggir jalan, dan menyantap durian serta lai (sejenis durian namun berbeda, daging buahnya lebih kuning dan tidak mengandung alkohol).
Senin (30/3) pagi, saya dan Baihaqi berkendara ke Gedung Perpustakaan Kota Balikpapan. Saya dijadwalkan untuk mengisi kelas Akademi Berbagi (Akber) Balikpapan. Ini agenda tambahan, sebetulnya. Saat saya mengunggah pengumuman acara di Samarinda, seorang tweeps menyapa saya di Twitter dan mengajak saya menjadi tamu Akber Balikpapan. Saya mengarahkan agar menghubungi tim GagasMedia. Rencana pun disusun dan akhirnya kelas diagendakan pada hari Senin.
Meski kelas diselenggarakan di hari kerja, ternyata ruangan yang dipakai terisi penuh. Ada setidaknya empat puluh orang berasal dari beragam segmen usia dan pekerjaan yang hadir di kelas menulis Akber Balikpapan kemarin. Saya melihat murid SMA, beberapa pemuda dan pemudi yang saya kira barangkali mahasiswa, pegawai negeri, dan seorang laki-laki yang mungkin berusia tak kurang dari lima puluh tahun. Saya takjub. Ternyata menulis masih menjadi minat banyak orang.
Saya memulai kelas hari itu dengan menyampaikan materi yang saya sampaikan di Samarinda Book Fair 2015 di hari sebelumnya. Ditambah satu materi bonus tentang personal branding. Tanya-jawab berlangsung dengan menyenangkan. Peserta tampak antusias dan betul-betul menyimak.
Begitulah dua hari kegiatan di Samarinda dan Balikpapan. Terima kasih untuk teman-teman yang telah hadir dan ikut meramaikan acara-acara di dua kota tersebut. Sesungguhnya mereka lah yang membuat acara-acara itu berkesan.
Sampai bertemu lagi!
Bara