Quantcast
Channel: Bernard Batubara

Skenario Film Jadi Novel

$
0
0


Novel terbaru saya sudah terbit. Asal Kau Bahagia ditulis dari skenario film berjudul sama. Filmnya akan tayang akhir tahun 2018. Baca novelnya sebelum nonton filmnya.

Novelnya sudah bisa dibeli di Gramedia dan toko-toko buku online.

Untuk Seorang Perempuan yang Memintaku Menjadi Hujan

$
0
0



Buku saya yang ke-13. Kumpulan prosa singkat bertema cinta. Bagi teman-teman pembaca yang sudah akrab dengan buku Luka Dalam Bara, buku ini menawarkan kelanjutan kisah serupa dengan perasaan-perasaan yang mungkin lebih sederhana memilukan.

Dicetak hard cover dan isi penuh warna, Untuk Seorang Perempuan yang Memintaku Menjadi Hujan akan edar di toko-toko buku jaringan Desember 2017.

Selamat menunggu dan kelak menikmati.


Tiga Buku 2017

$
0
0


Tiga buku saya yang terbit tahun 2017. Dua kumpulan tulisan pendek bertema cinta dan satu novel adaptasi dari film layar lebar. Ketiganya masih tersedia dan bisa dibeli di toko-toko buku konvensional maupun online.

Luka Dalam Bara belum lama ini meraih penghargaan Anugerah Pembaca Indonesia 2017 yang diselenggarakan oleh Goodreads Indonesia, kategori Sampul Buku Fiksi Terfavorit (Ilustrator: Alvin Resqy), sedangkan Mobil Bekas dan Kisah-Kisah dalam Putaran dan Untuk Seorang Perempuan yang Memintaku Menjadi Hujan baru saja rilis.

Tahun depan ada buku baru? Belum tahu. Kita nikmati dulu sisa-sisa tahun ini sembari membayangkan yang seru-seru untuk tahun 2018.





Buku Baru: "Batu Manikam" (Shira Media, 2020)

$
0
0

 


“Batu Manikam menggorok lehernya untuk membebaskan tiga ekor burung yang telah hidup di situ sejak dia berupa janin.”


***

Ini merupakan novela pertama yang ditulis oleh Bernard Batubara.

Batu Manikam dengan tiga burung yang hidup dalam lehernya, bahkan sejak masih berupa janin. Plot Batu Manikam menembus batasan ruang dan waktu. Dikisahkan secara mendebarkan. Saintifik dan futuristik.

Setelah bertahun-tahun bergelut dengan kisah roman, kini dirinya beralih ke genre lain; thriller.

Jikalau dahulu prosa Bara dipenuhi bunga-bunga dan roman yang menyentuh hati, dunia fiksi ciptaan Bara kini tiba-tiba menjadi penuh darah, perjalanan waktu, dan hewan-hewan yang berbicara.

Sudah bisa dipesan di Shiramedia.com

Boredom

$
0
0

Boredom

A column by Bernard Batubara

 




Boredom comes.

 

Whatever you do, it comes. Sooner, or later. It comes at the point of comfortness. Have you felt comforted in your life? If you had, and you didn’t get boredom stood at the door of your thoughts, then you’re not a person who loves to be pushed back by a challenge.

 

But if you did see boredom stood in front of the door of your thought, you are a person who deserves the best thing in the universe.

 

Boredom is a sign of the boiling point of repetitive life. When you’ve repeated, I bet without any knowledge of your action, a certain activity, you’ll see boredom, walking to the porch of your consciousness.

 

When was the last time you did something for the first time?

 

The human brain learns. It can never accept repetition. The acceptance is boredom. That’s how a brain accepts the mundane of repetitive life. Life isn’t a repetition of activities, and should never be one. Life is the result of repetitions, the big bangs, but it isn’t in itself a repetition. I repeat, never in itself, life is a repetition.

 

Repetition comes as an occupation. You work every day. You repeat the same routine. You might love it, the first time you did it. But if you truly are a challenger, you won’t enjoy it twice.

 

A challenger never stops at the line of repeated routines.

 

A challenger begins again.

 

A challenger begins a new routine. And when the routine invites the footsteps of boredom, it swiftly reforms itself.

 

It will reform itself into a new routine and that’s the repetition in the life of a challenger.

 

The repetition of the ever-changing routine.

 

Are you a challenger?

 

I wish everybody is a challenger. The world will always be a perfect place to live if they are challengers. We’ll always have new technologies. There’ll always be new novels to read, the ones that new, not just the repetition of old ones because that’ll be the bell of the boredom. That’ll be the doom of life.

 

We don’t want it.

 

The evasion of this doom is an exceptionally nothing but a perfectly easy task. You do new things, voila, the doom is nowhere to be seen.

 

New things. That’s all.

 

When was the last time you did new things? If the answer comes to you easily, and the answer is just now, I’m here to congratulate your life. But if you need some time to reflects on your past months, finding none new, I suggest you hurry up, gear up, to do a thing new. Boredom is walking to the doorstep of your thought. And believe me, you’ll find a difficult time liking boredom.

 

Boredom speaks snail language. Extremely slow.

 

Not a modern person’s thing.

 

Human life has come to a point that it produces boredom. The repetitions of routines to produce whatsoever necessary through the commands of the owner of corporations has become the invitations of boredom, and this will not be a short term repetition. This will last forever.

 

We are the product of the revolutions, including one that we keep in mind as the industrial one.

 

Since then, boredom has been a regular invitee.

 

Worry not, another entity makes us what we are today, and we can rely on it because it helps us save our time, us as a modern person, that is impossible to waste even a bit second, to meet boredom at the door of our thought. That entity is money.

 

Let money be the helper to the problem of boredom.

 

Boredom isn’t just an invitee, it’s an officer, it asks us whether or not we paid our bills. In this very case, money is a perfect host in our humble home of thought.

 

Another perfect thing for us modern person who is inviter of boredom, is, unsurprisingly, to do a new thing and get money. That is the perfect thing because there are cases when perfection is nowhere to be found. Some of us are doing things that excruciatingly repetitive, that even though we got money, we still a doom maker.

 

Alas, there’s no new thing under the sun. But there’s a new way of doing no new thing. There’s also a new way of seeing and we call this perspective.

 

Perspective is the savior of mankind.

 

Perspective saves us from the doom.

 

Life isn’t a thing but a perspective. Through life we get perspective and through perspective, we live. It’s a cycle, and inside it, we breathe our sigh. A sigh that speaks the nonexistent of a challenge.

 

From this perspective, it’s now clear, that the very thing that has the responsibility to provide challenges for us, is ourselves. We mustn't allow us to subject this duty to another person but ourselves. It’s the ethic.

 

Let us ask ourselves, then, when was the last time we did something new? When did the last time we do what we wish to be done, using a new way of seeing?

 

Let us further advance the question, then.

 

When was the last time we challenge our perspective?

 

Boredom is an officer, not a guest. Its employer is our cognitive stage. The more we sharp our mind the stronger boredom will become.

 

Contemplating is the sole method to sail our life to the horizon of invincible happiness.

 

But in this modernity of life, is there a time to contemplate?

 

I’m sure there is.

 

The other word for contemplation is a review. There’s much time, enough to review our life.

 

 

 

 

Cover Reveal! "Banse Firius"

$
0
0

My new novel is soon to be published by Shira Media.

Cover design by Felisitas Dara (Instagram: @felsdar)


Thriller.

Tidak ada pilihan yang logis selain menulis novel thriller bagi saya.

Kehidupan saya setelah menikah dengan @felsdar merupakan kehidupan yang melaju kencang. Kami berdiskusi untuk meninggalkan nilai-nilai lama yang dipaksakan ke kami. Nilai-nilai lama itu mengekang saya, kehidupan pribadi saya, sebelum menikah dengan @felsdar.

Setelah nilai-nilai lama itu rontok dari kepala saya, thriller menjadi satu-satunya genre yang logis bagi kepala saya. Genre ini memungkinkan saya bercerita dengan niatan yang menggambarkan secara akurat, nilai-nilai lama yang telah rontok dari kepala saya. Nilai-nilai lama yang menyiksa BANSE FIRIUS.

Saya dan @shiramedia menawarkan sebuah bacaan yang pasti membuatmu melupakan persoalan hidup. Meskipun hanya berlaku sesaat, melupakan persoalan hidup dengan membaca BANSE FIRIUS akan mengembalikanmu ke kehidupan dengan keadaan kamu telah berubah menjadi manusia dengan pemikiran baru.

BANSE FIRIUS merupakan novela kedua di #SerialSINDIKATSATU.

Ilustrasi sampul oleh @felsdar. Saya sangat menyukai penerjemahan @felsdar atas Sigak. Sigak telah muncul di novela pertama #SerialSINDIKATSATU yaitu BATU MANIKAM. Pada ilustrasi sampul BANSE FIRIUS, @felsdar juga memberi @pembacabara visualisasi Banse Firius berdasarkan bayangannya setelah membaca draf pertama novela #BanseFirius. @pembacabara dapat melihat visualisasi Banse Firius di kuping jaket buku novela BANSE FIRIUS dan di bagian dalam novela terbaru saya ini. @felsdar menggambar ilustrasi isi untuk buku saya yang ke-18, BANSE FIRIUS. Saya juga menyukai visualisasi cerita BANSE FIRIUS yang diciptakan @felsdar. Saya yakin, @pembacabara tidak sabar melihat visualisasi BANSE FIRIUS di bagian dalam bukunya, yang dibuat @felsdar.

Nantikan prapemesanan novela kedua saya di #SerialSINDIKATSATU.

#BanseFirius


Follow me: @benzbara_





Metafora Padma

$
0
0


Desain cover oleh Eka Kurniawan. Buku kesembilan saya, kumpulan cerita Metafora Padma, terbit 15 Agustus 2016.

Metafora Padma: Ilustrasi

$
0
0



Berikut adalah tiga dari empat belas ilustrasi yang akan ada di dalam buku terbaru saya, kumpulan cerita Metafora Padma. Dibuat oleh Egha Latoya, salah satu personel duo penyanyi "The Fatima" yang berada di bawah arahan Manajemen Republik Cinta Ahmad Dhani.

Banyak yang mengenal Egha, atau El, sebagai entertainer-- penyanyi dan model-- tetapi belum banyak yang tahu bahwa ia juga menggambar dengan sangat bagus. Itulah yang membuat saya mengajaknya berkolaborasi membuat ilustrasi pendamping cerpen-cerpen di buku terbaru saya. Karya-karya Egha atau El bisa dilihat di galeri instagram: [at]artfromel.

Buku Metafora Padma akan terbit lewat Gramedia Pustaka Utama tanggal 15 Agustus 2016.

Dua Buku, Sampul Baru

$
0
0




Kabar gembira dari penerbit.

Dua buku saya, kumpulan cerita Milana dan novel Surat untuk Ruth sedang dicetak ulang oleh Gramedia Pustaka Utama. Edisi cetak ulang ini menggunakan wajah baru, sampul hasil rancangan Muhammad Taufiq alias eMTe. Saya sangat suka dengan sampul yang baru ini, terasa lebih suram dan misterius, seperti kisah-kisah yang terdapat di dalamnya.

Bagi yang belum sempat memiliki kedua buku ini, sekarang kesempatan baik untuk memilikinya. Namun, jika sudah punya, tetap boleh beli untuk koleksi.

Keduanya akan terbit tanggal 15 agustus 2016, bersamaan dengan Metafora Padma.

Peluncuran "Metafora Padma"

$
0
0
Hari Minggu, 31 Juli 2016, buku kesembilan saya, kumpulan cerita Metafora Padma resmi diluncurkan. Bertempat di Gramedia Central Park, Jakarta, buku tersebut untuk kali pertama dijual. Terima kasih untuk Egha Latoya dan Eka Kurniawan, yang juga turut hadir dan bicara pada acara tersebut, masing-masing sebagai ilustrator isi dan perancang sampul bukunya.

Metafora Padma akan tersebar merata di toko-toko buku pada tanggal 15 Agustus 2016.








Beli Metafora Padma

$
0
0


Buku terbaru saya, Metafora Padma, sudah terbit sejak 15 Agustus 2016. Saat ini sudah tersebar ke toko-toko buku di 25 kota di Indonesia: Gramedia, Toga Mas, Jendela, dan toko-toko buku lain.

Bagi yang ingin memiliki buku ini, selain dengan mendatangi toko-toko buku tersebut, juga bisa membelinya di toko-toko buku daring. Kelebihan membeli buku di toko buku daring adalah, kamu tidak perlu repot-repot pergi ke toko buku, buku langsung diantar ke alamat, dan biasanya diberi harga diskon. Tentu saja ada ongkos kirim yang mesti ditanggung pembeli.

Berikut adalah daftar toko buku daring yang menyediakan Metafora Padma. 

  • Twitter: @kedaiboekoe (085891444731), @katalisbooks (085793042909), @hematbuku20 (087781853710)
  • Instagram: @demabuku (085881449998), @warnabuku (087882023533), @yukbelibukuori (087853358866), @goarbuku (081288456447), @buku_plus (089628519266)
  • Web: www,bukabuku.com, www.bukubukularis,com

Hingga hari ini, Metafora Padma sudah tersebar hampir merata di seluruh Indonesia, kecuali beberapa kota di Sulawesi dan Indonesia Bagian Timur. Jika ada yang memiliki informasi di kotanya, mohon beri tahu saya, agar pembaca lain dapat terbantu dan bisa menemukan Metafora Padma.

Terima kasih.


Tidak Benar-Benar Sendirian (Etgar Keret)

$
0
0
Diterjemahkan dari buku Suddenly, A Knock on the Door

*

Tiga laki-laki yang pacaran dengannya pernah mencoba bunuh diri. Ketika menceritakan hal tersebut, ia terdengar sedih, tetapi juga agak bangga. Satu dari mereka bahkan berhasil melakukannya: melompat dari atap gedung fakultas humaniora. Tubuhnya ambyar tak keruan, walaupun jika dilihat dari agak jauh dia tampak utuh, bahkan sepertinya mati dengan tenang. Ia tidak ke kampus di hari pemuda itu mati. Teman-temannya yang memberi kabar.


Kadang-kadang, saat ia sedang di rumah sendirian, ia bisa merasakan kehadiran pemuda itu; di ruang tamu bersamanya, memperhatikannya. Ketika itu terjadi, mula-mula ia merasa agak takut, tetapi ia senang. Karena ia tahu bahwa ia tidak benar-benar sendirian.


Aku? Oh, ia sangat menyukaiku. Suka, tetapi tidak tertarik. Dan hal itu membuatnya sedih, seperti aku yang bahkan merasa lebih sedih. Karena ia sangat ingin tertarik dengan orang sepertiku. Seseorang yang pintar, santun, dan sungguh-sungguh mencintainya.


Setahun ini ia punya affair dengan pedagang barang seni yang usianya lebih tua. Laki-laki itu sudah menikah dan sama sekali tidak berencana cerai dari istrinya. Kepada laki-laki itulah, ia tertarik. Jahat sekali. Jahat bagiku dan jahat baginya.


Hidup akan lebih simpel andai saja ia tertarik padaku.


*


Ia mengizinkanku menyentuhnya. Kadang-kadang kalau punggungnya sakit, ia bahkan memintaku melakukannya. Saat aku memijatnya ia akan memejam dan tersenyum. “Enak,” ia bilang, “enak banget.”


Sekali waktu, kami bahkan bercinta. Usai merenunginya, ia bilang itu kesalahan. Sebagian dari dirinya terlalu menginginkan hubungan kami berhasil sehingga ia tidak berpikir panjang. Tetapi wangiku, tubuhku, sesuatu di antara kami tidak bisa klop. Ia sudah empat tahun kuliah psikologi dan tetap tak bisa menjelaskan apa yang terjadi. Pikirannya menginginkanku, tetapi tubuhnya enggan.


Memikirkan momen bercinta kami malam itu membuatnya sedih. Banyak hal yang membuatnya sedih. Ia masih seperti kanak-kanak. Hampir seluruh masa kecilnya ia lalui sendirian. Ayahnya sakit, sekarat, lalu meninggal. Ia tidak punya abang yang bisa mengerti dirinya, yang bisa mengemongnya. Aku satu-satunya yang bisa ia anggap abang. Aku, dan Kuti; itu nama laki-laki yang lompat dari gedung fakultas  humaniora.


*


Ia bisa mengobrol selama berjam-jam denganku tentang apapun. Ia bisa tidur denganku, melihatku tanpa pakaian, dan berada di sekitarku tanpa pakaiannya. Tidak ada hal apapun di antara kami yang membuatnya malu. Bahkan ketika aku masturbasi di sampingnya. Walaupun meninggalkan noda di seprei, dan itu membuatnya sedih. Sedih karena ia tak bisa mencintaiku, tetapi jika hal tersebut bisa membuatku merasa baikan, ia rela membersihkan noda itu.


Sebelum ayahnya wafat, mereka berdua sangat dekat. Ia dan Kuti juga dekat. Kuti jatuh cinta padanya. Aku satu-satunya orang yang dekat dengannya yang masih hidup. Namun, pada akhirnya aku mulai kencan dengan gadis lain, dan ia kembali sendiri. Ia tahu, ini pasti terjadi. Dan ketika betul-betul terjadi, ia bersedih. Sedih pada dirinya sendiri, tetapi juga bahagia untukku karena aku menemukan cinta.


Saat aku keluar, ia mengusap wajahku dan berkata bahwa meskipun ia merasa sedih, ia juga tersanjung. Tersanjung, karena di antara seluruh perempuan yang ada di dunia, ia satu-satunya yang aku bayangkan ketika aku masturbasi.


*


Pedagang barang seni yang tidur dengannya juga, dia lebih pendek dariku dan berbulu lebat. Entah di mana menariknya. Dia tentara Netanyahu, dan berteman dengannya. Benar-benar berteman. Kadang, saat dia mengunjungi pacarku, dia bilang kepada istrinya bahwa ia pergi ke tempat Bibi-Netanyahu itu sendiri.


Suatu hari, ia tidak sengaja bertemu laki-laki itu bersama istrinya di mal. Jarak mereka cuma beberapa langkah. Ia tersenyum kepada laki-laki itu; senyum tipis dan diam-diam. Laki-laki itu mengabaikannya; melihatnya tetapi seperti tidak melihat apa-apa. Seakan-akan ia hanya udara kosong.


Ia mengerti laki-laki itu tidak bisa membalas senyumnya atau menyapanya karena istrinya ada di sana, tetapi tetap saja rasanya menyakitkan. Ia berdiri sendirian di sebelah telepon umum dan mulai menangis.


Malamnya adalah malam ketika kami bercinta untuk kali pertama. Usai merenunginya, ia bilang itu kesalahan.


*


Empat laki-laki yang pacaran dengannya pernah mencoba bunuh diri. Dua dari mereka bahkan berhasil melakukannya. Keduanya adalah laki-laki yang paling ia pedulikan. Mereka dekat dengannya, sangat dekat, seperti abang kandung.



Kadang-kadang, saat ia sedang di rumah sendirian, ia bisa merasakan kehadiran kami; di ruang tamu bersamanya, memperhatikannya. Ketika itu terjadi, mula-mula ia merasa agak takut, tetapi ia senang. Karena ia tahu bahwa ia tidak benar-benar sendirian.

Metafora Padma, The Jakarta Post (14/11)

$
0
0

"'I think that a strong story comes from something that is actually experienced by its writer,' he said.

The short stories [in Metafora Padma] are fictional, but are inspired by true events, such as the deadly ethnic conflict between the Dayak and Madurese people in 1996 in Anjongan village in Pontianak, West Kalimantan; his place of birth.

The title, Metafora Padma, is taken from one of the 14 short stories. It's about a rendezvous between a woman named Padma, who witnesses 1996 bloody conflict, and a man, who later realizes that the woman he talks to is a ghost.

For Bernard, writing about a ghost was not without reason.

'When I was little, I lived in a village where mystical things and supernatural beings existed,' he said."

Metafora Padma: A journey back in time, The Jakarta Post (14/11).



Buku Baru! Elegi Rinaldo

Wawancara Eksklusif: Bintang.com

$
0
0


"Dulu aku menulis untuk sarana eskapisme, untuk lari dari kenyataan. Aku membentuk duniaku sendiri dari apa-apa yang aku suka. Tapi semakin ke sini motivasiku berubah-ubah setiap waktu. Sekarang ini tanpa aku sadari aku menuliskan hal-hal yang dulu aku hindari, seperti tema yang berkaitan dengan konflik keluarga. Aku sempat merasa agak berjarak dengan keluargaku, tetapi aku menebusnya dengan menulis. Aku menggunakan nama ibu dan adikku serta memasukkan tokoh-tokoh yang mirip ayahku di cerita-ceritaku. Bagiku itu cara untuk menebus jarak yang ada dengan mereka. Sekarang aku menulis untuk menyembuhkan diriku sendiri."

Baca wawancara ekslusif Bara dengan redaksi Bintang.com di sini.


Luka Dalam Bara

$
0
0


+ Kenapa orang-orang patah hati malah meresapi kesedihannya dan tidak membuangnya jauh-jauh?

- Mungkin, itu cara mereka meyakinkan diri sendiri bahwa cinta yang mereka miliki selama ini adalah sesuatu yang nyata. Kita tidak akan merasa benar-benar sedih kalau tidak benar-benar cinta, kan? Sayangnya, menutup luka tidak akan membuatnya segera sembuh. Menyangkal bahwa kamu sedang terluka tidak akan membuat luka itu hilang.

("Dialog-dialog yang Tidak Pernah Terjadi")

-

Menulis, adalah cara saya mengakui bahwa saya terluka. Bahwa saya gagal dalam sesuatu. Bahwa saya tidak berhasil mewujudkan kebahagiaan yang saya rencanakan.

Saya tidak tahu apakah akan segera sembuh dengan menuliskan luka-luka saya. Kalian tahu, tidak seperti luka karena terjatuh di jalan atau tersayat pisau, luka karena cinta bukanlah luka luar, yang darah dan sobekannya terlihat jelas. Luka karena cinta dan rindu yang gagal adalah luka dalam. Meski tidak terlihat, luka tersebut ada. Ada, nyata, dan terasa.

Saya tidak tahu apakah kisah-kisah dalam buku ini akan menyembuhkan saya. Namun, jika ingin jatuh cinta lagi, jika saya ingin sembuh dari luka lama, jika saya ingin merancang kebahagiana baru, saya tahu saya harus memulai sesuatu.

Dari buku ini, catatan-catatan personal ini, serta dengan bantuanmu yang mungkin juga sedang patah hati, saya mencoba menyembuhkan diri sendiri. Mungkin, jika kamu membaca buku ini, kamu dapat menyembuhkan dirimu juga.

Mari patah hati bersama. Mari sembuh, dan jatuh cinta lagi, bersama.

Buku terbaruku, LUKA DALAM BARA, terbit eksklusif dalam edisi cetak hardcover di Noura Books, Februari 2017.


Bernard Batubara: On Stories, Love, and Heartbreaks (Interview)

$
0
0

Kali pertama saya menyadari bahwa saya dilabeli sebagai "penulis romance" oleh orang-orang yang membaca buku saya, saya merasa kesal. Makna dan keinginan saya sebagai penulis seakan-akan direduksi ke dalam sebuah genre: romance. Padahal motivasi awal saya menjadi penulis adalah ingin membuat novel fantasi seperti J. K. Rowling menulis Harry Potter-- novel yang memantik ambisi lugu saya ingin jadi seorang penulis.
Namun, lama-lama saya mulai menerima label tersebut sebagai sesuatu yang alami dan tidak terhindarkan. Kini saya menjadikannya fokus, dan senjata untuk menyampaikan gagasan-gagasan di luar label itu. "Cinta" menjadi tema yang saya gunakan sebagai kulit cerita, yang di dalamnya terdapat beragam pikiran saya mengenai banyak hal: konflik sosial, hukum, identitas, hingga agama dan ketuhanan.
Bagi saya, pada titik tertentu semua cerita adalah cerita cinta. Saya menggali kenangan tentang cerita-cerita cinta yang pernah saya alami (yang sebagian besar gagal dengan caranya sendiri) dan menyajikan cerita kepada pembaca, demi berbicara kepada mereka tentang bagaimana saya memaknai cinta, dan tentu saja, patah hati.
Di atas adalah cuplikan wawancaranya. Baca selengkapnya wawancara terbaru saya oleh Hanny Kusumawati di blognya: Bernard Batubara: On Stories, Love, and Heartbreaks (in English)

Novel Baru: MOBIL BEKAS

$
0
0



Saya senang dapat berkolaborasi dengan seorang kreator yang punya semesta pikiran menarik. Tahun ini saya berkesempatan membuat cerita dari film layar lebar Ismail Basbeth, sutradara Indonesia yang membuat film Mencari Hilal dan Talak Tiga. 

Mobil Bekas dan Kisah-Kisah dalam Putaran adalah film layar lebar terbaru dari Ismail Basbeth dan rumah produksi Bosan Berisik Lab. Saya menulis novel untuk film tersebut. Saat ini draf pertama sudah selesai ditulis dan sedang dalam masa penyuntingan. Doakan lancar.

Jika tidak ada hambatan yang berarti, novel terbaru saya MOBIL BEKAS dan Kisah-Kisah dalam Putaran akan terbit melalui Bentang Pustaka akhir tahun 2017.


Selamat Datang

$
0
0

Buku terbaru Bernard Batubara, Luka Dalam Bara


Bisikan Busuk adalah blog pribadi Bernard Batubara (Bara): penulis penuh-waktu, yang lahir pada Juli 1989 di Pontianak, Kalimantan Barat; kini tinggal di Yogyakarta. Bara belajar menulis puisi, cerita pendek, dan novel sejak 2007. Buku-bukunya yang telah terbit: Angsa-Angsa Ketapang (2010), Radio Galau FM (2011), Kata Hati (2012), Milana (2013), Cinta. (2013), Surat untuk Ruth (2013), Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri (2014), Jika Aku Milikmu (2015), Metafora Padma (2016), dan Elegi Rinaldo (2016). Radio Galau FM dan Kata Hati telah diadaptasi ke layar lebar. Buku terbarunya terbit Maret 2017, Luka Dalam Bara.


MOBIL BEKAS

$
0
0

Ini adalah sampul buku saya yang terbaru. Novel “Mobil Bekas dan Kisah-Kisah dalam Putaran”, yang saya tulis sebagai terjemahan atas film layar lebar Ismail Basbeth dari rumah produksi Bosan Berisik Lab berjudul sama—yang saat ini sedang berkelana di festival film internasional di Busan dan Tokyo dengan judul bahasa Inggris “The Carousel Never Stops Turning”.
#MobilBekas adalah buku saya yang ke-12, novel saya yang ke-6, sekaligus karya perdana yang saya tulis berdasarkan film layar lebar.
Novel ini akan segera diterbitkan oleh Bentang Pustaka

Buku Nonfiksi Pertama, "Tentang Menulis" (2019)

$
0
0




\

Saya ingin menjadi penulis. Itu jelas karena pertanyaan tersebut sudah muncul di kepala saya semenjak usia belia. Namun, pertanyaan yang lebih penting untuk diajukan ke diri sendiri adalah: ingin menjadi penulis yang seperti apakah saya?



Bernard Batubara

2019


*Tulisan ini ditayangkan di buku cetak: “Tentang Menulis”(Penerbit Pojok Cerpen, 2019) Buku nonfiksi pertama saya dalam 10 tahun pertama berkarir di dunia kepenulisan.

Pre-order "Banse Firius"

$
0
0

 Hubungi Shira Media: 0878-4333-3019 







Article 2

$
0
0

 

The meaning of a word evolves. And this is what we call Philosophy. Thus, saying a word, or words, or... tweeting words, involves Philosophy.


Also, not to forget, the diction shows your mental condition. And by mental, of course, it also means your emotion.


To recall mental, re-read Sigmund Freud, and to recall emotion, Robert Plutchik, also Abraham Maslow as a variation to deepens your memory on Robert Plutchik.


Nowadays relevant read related: 

1. Portraits of the Self by Constantine Sedikides and Aiden Gregg

2. Anticipated nostalgia: Looking forward to looking back by Wing-Yee Cheung, Erica G. Hepper, Chelsea A. Reid, Jeffrey D. Green, Tim Wildschut & Constantine Sedikides


Saying a word impacts brain.

Article 1

Article 0





Latest Images

Pangarap Quotes

Pangarap Quotes

Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.

Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.

HANGAD

HANGAD

MAKAKAALAM

MAKAKAALAM

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC