Quantcast
Channel: Bernard Batubara
Viewing all 402 articles
Browse latest View live

#KataHati Signed Edition Pre-order is Now Open!

0
0
Halo, Halo.. Novel saya, "Kata Hati" (Bukune, 2012) saat ini sudah bisa dipesan di: Bukabuku

Ada 100 "Kata Hati" bertandatangan untuk 100 pemesan pertama, terhitung mulai hari ini. (3 Agustus 2012)

Ayoo pesan sekarang juga! :D



"Kata Hati" Is Now Available in Bookstores!

0
0
"Kata Hati" (Bukune, 2011), novel fiksi romance Bernard Batubara (@benzbara_) sudah tersedia di toko-toko buku kesayangan kamu; Gramedia, TB. Gunung Agung, dan lainnya. Grab it fast!





What They Say:



“@citbuncitos: beli buku #KataHati jam 5 sore, baru baca jam 9 malem dan langsung khatam tanpa tarik napas jam 1.30 pagi . gokiiill buku lo bang @Benzbara_”

“@shellirachel: "Lo cowok apa layangan singit?" Si Irfan kocak bgt bang @benzbara_ :D”

“@adelGGS: @benzbara_ baru baca awalnya aja udah #JLEB bgt *recommended #KataHati :""")”

“@nisawrdhn: Ceritanya yg mudah dipahami dan kata2 yg keren banget bikin #KataHati-nya @benzbara_ layak banget buat diborong. Gak bakal nyesel deh! :3”

“@arrasarrah: @benzbara_ Bara, salah gak kalo aku kasian sama dera? Salah gak kalo aku jadi cemburu sama fila ☹”

“@dytzulfikar: @benzbara_ yaaa semoga aja gak cuma #RGFM yg dipilemin, gw nunggu #katahati dipilemin juga. Bagus ceritanya.”

“@tamaralani: @benzbara_ Bang, itu tampangnya Adrian gimana sih bang? Penasaran (._.)”

“@nomakayam: "Oke, Fila, listen. I want you. Not her" by Randi, @benzbara_ . Duh bacanya kok melted ya, duh randi:$”

“@destowl: Selesai baca #KataHati . Kisahnya Fila mirip bgt sama akuuuu < 3 Cc: @benzbara_  :))”







“@taniaDG_: Balikan sama mantan tuh ibarat mungut lagi bekas makanan yang udah lo buang.. #KataHati Seriously, I strongly agree with the statement!”

“@innntan: petikan novel “km suka adhitia sofyan ga?” astaga ini pertanyaan pernah gue denger loh aseli!!! #katahati @benzbara_”

“@yudhiiit: Buku #katahati ini kaya autobiografi gue aja bang @benzbara_ :')”

“@gheapfd_: @benzbara_  #katahati bau jogja banget setting tempatnya :))”

“@syifasn: @benzbara_ udah selesain novelmu dari semalem bang tapi ceritanya terlalu singkat, masih mau tau lanjutannya gimana nih #KataHati”

“@Vitadeww: Ka bara, aku boleh lebih berpihak ke Dera gak :'' kenapa harus Fila yg menang. Aku takut kisahku juga begitu. :'| #KataHati @benzbara_”

“@sinengtata: @benzbara_ Kak, Fila ini aku banget loh kaaak. Tapi endingnya beda, aku milih mundur. :'') #KataHati”

“@zaaimah: @benzbara_ udh ngulang 2x baca bukunya tetep aja seruuuww, fila gue bgt tuh haha dan makin jatuh cinta dgn lagu fix you ;;)(˘˘)ε˘`)”



-

(untuk pembelian online di: Bukabuku.com)




Pembacaan Puisi "Bukankah Kau Berkata", oleh Jia Effendie

Pembacaan Puisi "Di Jarimu", oleh Rahne Putri

"Kata Hati" CETAK ULANG ke-2!

0
0
2!




Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Karena banyaknya minat para pembaca dan mungkin rasa penasaran, cetakan pertama novel "Kata Hati" dengan segera (belum sampai 2 minggu sejak didistribusikan ke toko-toko buku) menipis stoknya. Bahkan di satu-dua toko buku ada yang langsung habis dalam waktu beberapa hari saja.

Untuk itu, saya mendapat kabar dari editor saya, mbak Iwied (Widyawati Oktavia) bahwa "Kata Hati" akan masuk cetakan ke-2. HOORAY!

Kepada teman-teman yang di kotanya belum sempat masuk "Kata Hati" ataupun yang kehabisan, silakan menunggu re-stoknya ya. Terima kasih!


- Bara

Review "Kata Hati" by @AmaliaGhzn

0
0
Dari: memoriesondecember.blogspot.com 

-

Kemarin sore, gue ke Gramedie MetMall Bekasi, dan TOLONG! GUE KALAP! Awalnya, tujuan gue itu mau beli 3 novel. Kata Hati, Analogi Cinta Sendiri, sama The Not-So Amazing Life of @aMrazing (atau kita singkat aja jadi TNSALOA biar nggak kepanjangan :p). Tapi, ngeliat KalaKali, jadi ikut ngambil tuh novel deh haha. Terus, gue juga masih betah berdiri di antara rak-rak buku yang menyebarkan bau-bau buku baru yang sangat amat gue suka :3 Akhirnya, nemu juga satu buku judulnya 'Kepingan Cinta Lalu', karangan Helga Rif. Cuma karena baca blurb di bagian belakang, gue jadi tertarik buat beli dan baca.


Tapi yang kali ini mau gue bahas itu adalah salah satu buku yang memang udah gue incer dari awal Bara promosiin itu buku lewat twitternya dia (@benzbara_).  



And, here we go. Kata Hati-sebutlah itu cinta-. Sebuah novel fiksi romance hasil karya Bernard Batubara atau yang biasa dikenal dengan panggilan Bara. 

Sebelum gue baca novel ini, gue udah mantep buat baca pas tengah malem dan diiringi dengan lagu 'Fix You' dari Coldplay. Karena sebelumnya, banyak orang yang bilang lagu yang pas buat baca novel ini ya cuma Fix You. Akhirnya, pas gue buka cover buku ini, gue mulai dengerin lagu Fix You. 

By the way, nggak apa-apa yah spoiler dikit :p Buat yang belum beli sama belum baca, gue sarankan untuk tidak membaca review dari blog gue karena akan menghilangkan rasa penasaran anda-anda semua.

Dimulai dari satu kisah tentang seorang laki-laki bernama Randi, yang masih belum bisa move on dari mantan terakhirnya, Dera. Menceritakan perjuangan Randi yang dengan susah payah berjalan maju namun masih dibayang-bayangi dengan senyum ceria Dera. Hubungan Randi dan Dera yang sudah berjalan selama 5 tahun dan berakhir dengan sebuah (bahkan lebih) pengkhianatan, membuat Randi susah melepaskan diri. Sampai akhirnya, Randi bertemu dengan Fila. Seorang gadis yang mencintai fotografi. Membuat Randi pelan-pelan menghapus bayangan Dera dan menggantinya dengan kehadiran Fila. Keadaan semakin runyam saat Dera tiba-tiba datang dan menginginkan kembali dengan Randi, disaat Fila yakin bahwa ia jatuh cinta pada Randi dan bisa menerima kepergian Adrian-lelaki yang Fila cintai namun hanya dianggap sebagai teman biasa. Sementara Randi, bingung. Tidak ingin kembali pada masa lalu, namun tidak ingin memebuat Fila kerepotan mengurusi luka yang masih terasa pada Randi. Dan akhirnya, berakhir dengan kecupan manis Randi dan Fila saat memutuskan untuk bersama. 

Ini novel yang pas buat lo yang susah move on dan kena friendzone, said Bara. Dan jujur, gue pun beli karena gue memang dalam keadaan super susah move on. Gue udah ber-ekspetasi bahwa novel ini bakal menguras air mata gue habis-habisan. But, ternyata enggak. Dari awal gue liat novelnya, gue bilang "yah tipis banget, pasti gue bacanya sebentar". Dan ternyata bener, gue cuma butuh waktu satu jam buat baca Kata Hati ini. Bagi gue, novel ini kurang klimaks. Justru ketegangan dan rasa penasaran gue muncul pas di bab 2, saat Fila ngomong "Kasih gula dikit ya, nggak usah terlalu pahit". Menurut gue, itu bikin DHEG. Tapi gue salut sama Bara. Bisa banget bikin karakter Dera hidup. I mean, pas gue baca novel ini gue pun ikut membenci Dera hahaha. Dan saat Dera kirim email (bab 10: Masa Depan), baru disini gue merasa sedih dan sedikit mengeluarkan air mata. Padahal Dera bukan tokoh utama, tapi bang Bara sukses menghidupkan tokoh ini! *acungin jempol seluruh pembaca Kata Hati* Dan satu lagi, gue suka Bara juga dengan sukses membuat atmosfir kota Jogja dan segala tempat-tempatnya terasa jelas pas kita baca novel ini. Contohnya, Djendela Koffie, dideskripsikan dengan jelas oleh Bara. Dari mulai lantai, lampu, meja, kursi dan yang lainnya. Ada juga Pantai Sadranan, Malioboro, dan Benteng Vredeburg.

Kalo gue pribadi, gue itu persis kaya Randi (tapi gue versi cewek). Sama-sama kangen masa lalu, tapi nggak mau balik ke masa lalu. Tapi sayangnya, gue belum nemu Fila yang versi cowoknya. 

Over all, novel ini memang bener pas buat lo yang susah move on. Kita akan "disentil" dengan kalimat-kalimat yang bisa nyadarin lo kalo memang masa lalu ya nggak usah diharapin lagi. 

Dan sekarang gue denger, dalam waktu kurang dari sebulan setelah Kata Hati ada di toko buku, Kata Hati akan dicetak ulang! WOOOOOW! Gue nggak kebayang betapa bangganya Bara dengan novelnya. Udah gitu, katanya Kata Hati bakal dibuat ke bentuk layar lebar a.k.a FILM! AMAZIIIING! Semoga prosesnya lancar sampai nanti filmnya diputar di bioskop-bioskop yah bang Baraaa :D dan semoga semakin banyak pembaca Kata Hati baik di Indonesia, maupun yang diluar Indonesia! :) Oh iya bang Bara, ditunggu juga novelnya yang ke 2, ke 3, ke 4, dan seterusnya :) 


(4/5)

Review "Kata Hati" by @tamarasw

0
0



Kata Hati, Sebutlah itu Cinta. Novel fiksi romance karya salah seorang selebtweet yang cukup sering lalu-lalang di hilir-mudiknya lini masa bernama Bernard Batubara, atau lebih dikenal penduduk warga negara dengan bendera burung biru dengan @benzbara_ Kata Hati berkisah tentang satu kata yang hits di kalangan remaja edisi 2012, yaitu move on, dengan tiga tokoh besar, Randi, Dera dan Fila. Meskipun ide pokoknya simpel, Bara tetap berhasil mengembangkannya menjadi sebuah novel setebal 196 halaman yang sarat dengan kata kata puitis hasil kepiawaiannya menguntai aksara. Ditambah dengan pendeskripsian tokoh serta suasana yang sangat jelas, Bara mampu mengaduk-aduk emosi dan imajinasi para pembacanya. Yang sedikit disayangkan dari novel ini adalah konflik yang terkesan selesai terlalu terburu-buru, tapi overall, novel ini jelas adalah sebuah novel yang manis dan layak untuk dibaca. Selamat untuk akan diangkatnya novel ini ke layar lebar, btw. :> 

Kata Hati, Sebutlah itu Cinta. Novel fiksi romance karya salah seorang selebtweet yang cukup sering lalu-lalang di hilir-mudiknya lini masa bernama Bernard Batubara, atau lebih dikenal penduduk warga negara dengan bendera burung biru dengan@benzbara_

Kata Hati berkisah tentang satu kata yang hits di kalangan remaja edisi 2012, yaitu move on, dengan tiga tokoh besar, Randi, Dera dan Fila. Meskipun ide pokoknya simpel, Bara tetap berhasil mengembangkannya menjadi sebuah novel setebal 196 halaman yang sarat dengan kata kata puitis hasil kepiawaiannya menguntai aksara. Ditambah dengan pendeskripsian tokoh serta suasana yang sangat jelas, Bara mampu mengaduk-aduk emosi dan imajinasi para pembacanya. Yang sedikit disayangkan dari novel ini adalah konflik yang terkesan selesai terlalu terburu-buru, tapi overall, novel ini jelas adalah sebuah novel yang manis dan layak untuk dibaca.

Selamat untuk akan diangkatnya novel ini ke layar lebar, btw. :>

Review "Kata Hati" by @lucktygs

0
0


Balikan sama mantan tuh ibarat mungut lagi bekas makanan yang udah lo buang. (hlm. 21)
Kangen aja sama mantan itu adalah balikan yang tertunda. (hlm. 20)
Sesuatu yang dibuang adalah sesuatu yang tak lagi berguna. Banyak hal bisa di daur ulang memang, tetapi itu bukan cinta. Itulah yang dialami Randi, tokoh utama dalam buku ini.
Randi tak bisa memungkiri ia masih sering teringat Dera. Tidak sekedar teringat, tetapi memikirkan. Bagaimana mungkin lima tahun hubungan perasaan bisa menghilang begitu saja. Apalagi kenangan yang menyertainya, tak mungkin akan terhapus, pun terganti, dengan peristiwa indah yang lain sekali pun.
Meski luka dan rasa kecewa begitu besar, rasa sayang itu masih utuh. Terlalu dalam ia merasa terlukai, tetapi terlalu besar arti perempuan itu baginya untuk ia singkirkan. Terlampau banyak hal manis yang mereka lalui bersama untuk dikubur dan dilupakan begitu saja.
Saat Randi berusaha keras melupakan Dera, datanglah Fila dalam kehidupannya. Manakah yang akan dipilih Randi. Kembali pada mantannya, Dera atau Fila sosok baru yang masuk ke hatinya?
Ini tentang kisah kehilangan, ketika kau mendapati separuh hati kosong dan merapuh. Atas nama ketidakpercayaan, mereka saling mengucapkan selamat tingal.
Bacaan yang cocok buat anak muda, apalagi yang menderita kegalauan tingkat tinggi. Tambah galau liat kalimat-kalimat cinta banyak bertebaran dalam buku:
  1. Cinta tak pernah berjalan mulus. Semakin panjang semakin rumit, semakin sulit pula menjaganya agar tak tumbang dihajar angin kencang, atau jatuh tersandung kerikil. (hlm. 17)
  2. Cinta itu hitam dan putih. Ada gelap dan terang. Cinta gak selamanya penuh keindahan dan kejelasan, tapi juga punya bagian gelap yang selalu bikin kita tersesat. Nggak semua cinta berjalan dan berakhir dengan indah. Banyak yang terperangkap dan terkurung dalam berbagai masalah. (hlm. 56)
  3. Mustahil jatuh cinta atau mencintai sesorang tanpa terlibat dengan berbagai masalah. (hlm. 56)
  4. Cinta gak selalu tegas. Ketika ia berakhir, pasti ada yang tersisa. Saat ia putus, masih ada sesuatu yang tersambung, terhubung. (hlm. 58)
  5. Bilang gak bilang pun, kamu akan tetap punya risiko kehilangan orang yang kamu cintai. (hlm. 87)
  6. Cinta kadang memang membutakan dan membuat tuli. (hlm. 102)
  7. Cinta tak bisa ditebak. Yang sudah begitu lama saling menjaga hati pun suatu waktu bisa saling menyakiti. (hlm. 103)
  8. Apa artinya luka kalau ia tak memberikanmu pelajaran apa-apa. (hlm. 109)
  9. Emang cinta kenal durasi? Orang yang belum pernah ketemu aja bisa saling suka. (hlm. 113)
  10. Bukankah memberi jalan seseorang masuk dan tinggal di dalam hati kita juga berarti menyerahkan semuanya kepadanya untuk merawat atau malah mengobrak-abrik hati. (hlm. 114)
  11. Cinta yang berakhir mustahil tak menyisakan luka, sebaik apa pun sebuah akhir itu terjadi. (hlm. 114)
  12. Jika cinta dapat menghilang karena hal-hal remeh dan tidak terlalu penting sejak awal, itu bukan cinta. (hlm. 151)
Bernard Batubara (@benzbara_) yang sebelumnya menulis buku Radio Galau FM (dan September ini bakal difilmin) memang juara banget buat kalimat-kalimat galau. Rasanya hampir tiap lembar pengen digarisin semua tulisannya, sayang sih kalau dilewatkan.. ( ʃ⌣ƪ)
Bahasanya yang mengalir gampang dicerna. Sayangnya konfliknya kurang, pas baca kalimat terakhir rasanya ‘abis aja gitu?’
Entah kenapa agak sedikit terganggu dengan pendeskripsian sosok Fila yang berulang; alis tebal, rambut hitam, dan yang paling sering adalah pengulangan rambut Fila yang sedikit bergelombong. Gak usah berkali-kali disebut juga kayaknya pembaca udah kebayang deh sosok Fila dari awal cerita.. (ˇ▼ˇ)-c<ˇ∨ˇ)
Terlepas dari itu, yakin banget buku ini bakal banyak yang suka, terutama remaja. Terlihat di akun twitternya @Benzbara_ yang banyak sekali upload foto #KataHati ini. Buktinya aja, belum sempet dilepas di toko buku, baru via online saja udah musti cetak ulang. Untunglah udah dapet yang ada tanda tangannya ‎(ʃƪ´▽`) (´▽`ʃƪ)!
Sesuatu yang membuatmu pergi, pada saatnya akan menjadi sesuatu yang membawamu pulang kembali. Sesuatu itu berwujud satu, tetapi memiliki dua nama, ‘luka’ dan ‘kenangan’. Yang satu membuatmu ingin melangkah jauh, yang satunya lagi memaksamu untuk mendekat lagi. Tarik menarik antara mereka, bisa kau sebut: cinta. (hlm. 29)

Keterangan Buku:
Judul                : Kata Hati
Penulis              : Bernard Batubara
Editor               : Widyawati Oktavia
Proofreader      : Syafial Rustama
Penata letak      : Indra Adiwena
Desain sampul  : Gita Mariana
Foto penulis      : Muhammad Zulfariansyah
Penerbit            : Bukune
Terbit               : Juli 2012
Tebal                : 196 hlm.
ISBN               : 602-220-063-5
Murid-murid pose bersama #KataHati:

Kata Hati Cetak Ulang ke-3!

0
0




3!







Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Karena banyaknya minat para pembaca dan mungkin rasa penasaran, cetakan pertama dan ke-dua novel "Kata Hati" dengan segera menipis stoknya. Untuk itu, saya mendapat kabar dari editor saya, mbak Iwied (Widyawati Oktavia) bahwa "Kata Hati" sudah masuk cetakan ke-3. HOORAY!

Kepada teman-teman yang di kotanya belum sempat masuk "Kata Hati" ataupun yang kehabisan, silakan menunggu re-stoknya ya. Atau bisa beli di toko buku-toko buku online. Terima kasih!


- Bara

Love Is Right [Manuscript]

0
0


Seminggu yang lalu, naskah novel saya yang baru berhasil saya rampungkan. OW YEAAAAH!

Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk menyelesaikannya. Prolog dan bab pertama saya tulis pada 16 November 2012. Meskipun penggodokan ide, plot, dan pengumpulan bahan lainnya sudah saya mulai satu-dua bulan sebelumnya. Epilog-nya saya selesaikan sekitar 12 Desember. Jadi total mengerjakan draf pertama Love Is Right kira-kira sekitar 3 mingguan. Rekor tercepat saya menyelesaikan sebuah novel. (Novel saya yang sebelumnya, "Kata Hati" saya selesaikan dalam waktu 2 bulan)

Love Is Right masih bercerita seputar kisah percintaan dan topik yang umum. Naskahnya baru saya kirim ke penerbit. Semoga prosesnya lancar dan bisa terbit ya. Doakan saya. :)


- Bernard Batubara


Kata Hati the Movie!

0
0
AAAAAAAND.. here we go! The official movie poster of "Kata Hati"
in theaters February 14th 2013. VALENTINE!






Jadi, ini adalah satu lagi impian saya yang terwujud, yang sebenarnya tidak pernah saya impikan. Beyond the dreams! Mimpi saya hanya ingin menulis sebuah novel dan novel itu terpajang di toko buku. Namun Tuhan Yang Maha Baik memberikan lebih untuk saya. Dia letakkan nama saya di poster film!

Setelah buku saya yang sebelumnya, "Radio Galau FM" diangkat ke layar lebar oleh Rapi Films, novel saya "Kata Hati" juga diadaptasi ke film. Masih dengan PH, sutradara, dan penulis skrip yang sama yang membuat film Radio Galau FM; Iqbal Rais (sutradara) dan Haqi Achmad (penulis skrip). Kali ini menampilkan pemain: Boy Hamzah (sebagai Randi), Joanna Alexandra (sebagai Fila), Kimberly Rider (sebagai Dera) dan beberapa aktor & aktris lain yang tentunya akan menghibur para penonton. Film ini, seperti novelnya, bergenre romance, dan sengaja dirilis tepat pada peringatan hari kasih sayang, Valentine, tanggal 14 Februari 2013. Sebagaimana film lainnya yang diadaptasi dari novel, tentunya ada perubahan dan penambahan di sana-sini, untuk kepentingan audio-visual. Namun tentu saja adegan-adegan kunci dan pesan penting dari novelnya sendiri tetap dipegang teguh dan disampaikan lewat filmnya, agar tidak lepas dari garis merah yang terdapat dalam cerita di bukunya.

Jadiiiii, siapkan partner untuk nonton ya. Nggak lucu kan, nonton film romance, di hari Valentine, tapi sendirian aja. :p *brb cari partner!*

YAK. Terima kasih. Selamat menunggu tanggal mainnya film "Kata Hati" di bioskop-bioskop kesayangan kamu, 14 FEBRUARI 2013!


- Bara

Kata Hati Republish

0
0





Dalam rangka film Kata Hati yang akan tayang pada Valentine, 14 Februari 2013. Saya dan Bukune, penerbit novel Kata Hati berbincang-bincang tentang mencetak Kata Hati dengan cover versi filmnya. Tentu saja saya mau. Maka, singkatnya, inilah novel Kata Hati yang akan dicetak baru dalam jumlah terbatas, dengan cover yang baru. Cover versi film Kata Hati. Kata Hati versi cover film ini akan segera cetak dan didistribusikan di toko-toko buku di kota kamu.
Ciao!

Antologi Cerpen Singgah

0
0




Sekitar beberapa bulan yang lalu, saya lupa kapan tepatnya, yang jelas paruh ke-dua 2012, saya membaca tweet Jia Effendi, seorang editor dan juga teman penulis, tentang sebuah proyek menulis yang sedang digarapnya. Saya langsung tertarik untuk ikut karena tema yang ia angkat buat saya cukup menarik: tentang tempat-tempat yang menjadi tempat ‘Singgah’; bandara, terminal, pelabuhan/dermaga, dan stasiun.
Dan ternyata, Jia juga bermaksud untuk mengajak saya. Ia juga mengajak beberapa teman penulis lain untuk bergabung. Ia pun mengadakan sayembara untuk menjaring cerpen-cerpen yang oke. Termasuk ia sendiri, total 11 orang yang akhirnya bergabung dalam antologi cerpen ini. Satu orang dari hasil seleksi sayembara.
Singgah mestinya sudah terbit pada September atau Oktober 2012 tahun lalu. Namun karena satu dan lain hal Singgah harus berpindah penerbit, dan akhirnya dirilis lewat penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU).
Di antologi cerpen ini, saya menulis satu cerpen yang menceritakan tentang seorang anak Pontianak dan konflik batin yang terjadi di dalam dirinya. Cerpen tersebut berjudul ‘Kemenangan Apuk’. Bagaimana kisahnya? Baca bukunya ya. ;)
Saat ini, Singgah sudah bisa dipesan (pre-order) di toko buku online Gramedia dan Inibuku. Berikut link-nya (tinggal klik) :
Inibuku            
Kabar terakhir dari penerbit, Singgah akan tersedia di toko-boko buku di kota kamu sekitar 31 Januari 2013. Nanti juga akan ada acara peluncuran Singgah di Jakarta pada awal Februari 2013. Tentang acara peluncuran ini akan saya kabarkan lagi setelah dapat kepastian dari penerbit.
Singgah juga dilengkapi dengan ilustrasi seperti ini di tiap cerpennya, lho. Keren ya?

Kata Hati Movie [Official Trailer]

0
0
Daaaaan. AKHIRNYA!

Inilah visualisasi dari novel "Kata Hati".

Randi, Fila, Dera, Irfan, dan Adrian hidup. Mereka mewujud.
Mereka bertemu dan menjalin cerita. Menelusuri kembali masa lalu.
Ini waktunya mendengarkan kata hati masing-masing. Mencari tahu apa yang benar-benar kita mau.

Dengarkan "Kata Hati"mu pada Valentine, 14 Februari 2013, di bioskop seluruh Indonesia!


Why Do I Write

0
0

we're getting old and a brain is not enough to keep all of them memories, so i choose to turn them into words. i write to read my past and to feel those wonderful moments again and again. i write because sometimes i can't say directly what i want to say. i write because i can find another world besides this world i'm living in. a more amazing world. i write because it's easier for me to put this thing in my busy mind into words than saying it out loud through my mouth.

i write to remember you. i write to feel us.

i write because i have photographic memory only for certain moments. i write because i'm a human and i want to feel what is it like to be a god, a creator of everything. i write to record sweet moments so can i taste them once more. i write because i want to meet you every time i want, even though you're not here, even though you're actually far away. i write because i have something to tell.

i write because i know you're a good reader.
no, no.. you're a perfect reader.

but i thought you would be a perfect reader to all of my stories. turned out that i was wrong. because i've been writing few stories about us and none of them you've read.

so, why do you read?




~ bara

[Cerpen] Senja di Jembrana

0
0





Senja di Jembrana



Menunggu adalah perkara melebarkan kesabaran dan berhadap-hadapan dengan risiko ketidakhadiran. Itu yang dikatakan oleh ibu sehari sebelum dia meninggal. Saat itu, saya tidak tahu ia sedang berbicara tentang ayah yang pergi meninggalkan kami dan tidak pernah kembali lagi. Namun sekarang saya paham semuanya. Terutama karena saya mengalami sendiri perasaan yang dulu ibu alami.


Saya rindu perempuan itu. Perempuan ke-dua setelah ibu yang mampu membuat saya rela menjadi seorang penanti, seorang penunggu. Seseorang yang menghabiskan waktunya hanya untuk menunggu. Mendedikasikan setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun untuk menyambut sebuah kedatangan kembali. Untuk mendengar sebuah ‘Halo, ini aku, sudah pulang.’


Tetapi ia tidak pernah datang.


Terakhir saya melihatnya di atas feri yang sedang menambatkan diri di pelabuhan Gilimanuk. Saat itu, di waktu yang bersamaan saya melihat sepasang kekasih yang tampaknya turis domestik, turun dari feri. Mata saya tertumbuk pada mereka karena wajah mereka berdua terlihat sangat bahagia. Seperti pasangan yang akan berbulan madu. Kontras dengan kondisi hati saya yang sedang sangat sendu. Atau mungkin saya hanya terlalu mendramatisir.


Tidak, hati saya memang sedang biru.


Namun tidak sepekat warna biru yang melekat di sekujur permukaan kanvas perempuan itu.


Saya tidak tahu apakah dia memang seorang pelukis atau hanya seseorang yang gemar menggambar. Tetapi lukisannya sangat bagus. Sungguh. Saya bukan orang yang paham bagaimana menilai sebuah karya seni, tetapi mata tidak bisa dibohongi, bukan? Dan mata saya selalu seolah meleleh setiap melihat lukisan yang ia buat. Bola mata saya mendadak dua batang lilin bundar yang tersiram cahaya hangat yang memancar dari gambar di kanvas perempuan itu. Gambar yang selalu berwarna jingga.


Gambar yang selalu senja.


Perempuan itu tidak pernah melukis benda lain selain matahari yang tenggelam. Tidak pernah selain senja. Tidak dua gunung sejajar dan hamparan sawah serta langit dan burung-burung seperti yang diajarkan sejak duduk di bangku TK. Tidak perempuan telanjang seperti yang terpampang di adegan film Titanic. Tidak karikatur berwujud presiden atau pejabat dengan pose dan bentuk aneh seperti setiap hari tercantum di koran-koran lokal maupun nasional. Tidak gambar-gambar abstrak dan surreal seperti lukisan Salvador Dali atau Max Ernst (saya tahu nama-nama itu dari seorang teman yang kuliah di bidang seni). Perempuan itu hanya melukis senja. Selalu senja.



***



“Senja di Jembrana sangat indah.” kata perempuan itu.


“Senja di tempat lain juga.” kata saya.


“Iya. Tapi di sini lebih indah.”


“Apa bedanya?”


Perempuan itu menurunkan tangannya dari kanvas. Menghela napas dan melemparkan pandangan lebih jauh. Saya bisa melihat angin mampir di lehernya yang bersih, berputar-putar mengitarinya seakan ia pusat gravitasi untuk unsur-unsur alam di sekitarnya. Saya rasa saya juga mulai turut berputar di orbitnya.


“Mungkin karena ini adalah senja pertama yang saya lihat di daerah dengan zona waktu yang berbeda.”


“Oh, kau bukan asal sini?”


“Tidakkah itu terlihat?”


Saya mengangkat alis. “Ya, sedikit.”


Ia melanjutkan melukis. Menyapukan kuas kecilnya. Kuasnya bergerak begitu lancar seakan benda itu adalah bagian dari jari-jarinya sendiri.


“Kau sedang menunggu?” saya bertanya lagi.


Perempuan itu menghentikan gerak jarinya. Kemudian menarik napas cukup dalam sehingga bahunya yang kecil tampak terangkat. Ia melumat beberapa menit waktu dalam heningnya, sebelum akhirnya ia menjawab pertanyaan saya.


“Dari mana kau tahu?” ia balik bertanya.


“Hanya menebak.” jawab saya.


Ia kembali menyapukan kuasnya di atas kanvas. Kepalanya bergerak miring seakan mengikuti alur garis halus yang sedang ia bentuk. Dari samping, saya melihat bibir tipisnya menyunggingkan senyum. Senyumnya itu, seakan melontarkan berjuta rahasia yang mengundang untuk diungkap. Saya terpaku sejenak. Mata perempuan itu kecil, terbungkus kelopak mata tanpa lipatan seperti mata khas penduduk daerah asia timur. Mungkin dia seorang cina. Mungkin campuran bugis atau manado, karena kulitnya sangat putih. Lukisan yang ia buat menjadi sangat kontras dengan warna tubuhnya.


Ada yang unik dari senja di tanah Jembrana. Senja di sini hampir selalu datang bersama formasi awan cumolonimbus dan fibratus cirrus. Kadang hanya salah satu di antaranya, kadang pula keduanya. Semburat jingga dari matahari yang merambat turun bercampur dengan serat-serat putih awan fibratus cirrus dan menjadi pemandangan yang luar biasa. Seperti lukisan alam di hamparan langit biru tua. Setiap ke Jembrana, selalu disambut dengan senja yang serupa. Dan senja itulah yang dilukis oleh perempuan dengan kuas itu.


Perempuan yang melukis senja. Dia membereskan alat lukisnya dan melangkah pergi meninggalkan saya yang masih berdiri diam. Saya tidak bisa memanggil dia. Seakan-akan suara saya seketika hilang dan hanya bisa menatap punggung rampingnya menjauh.


Saya belum sempat menanyakan namanya.



***



Aku menunggu lelaki itu. Lelaki asing yang selalu memotret senja.


Sebelum ini, aku tidak pernah menunggu. Aku benci menunggu. Menunggu adalah perbuatan yang sia-sia. Menunggu adalah tindakan pasif dan melelahkan. Bagiku, menunggu adalah pertanda kelemahan. Bahwa tidak ada hal lain lagi yang bisa dilakukan selain duduk, diam, dan berharap segala yang diinginkan akan datang. Sungguh non sense.


Aku lebih suka mengejar. Mengejar adalah tindakan aktif dan tidak membosankan. Dengan mengejar, aku beberapa langkah lebih dekat kepada apa yang aku inginkan. Aku memotong waktu, memangkas jarak. Aku bisa menentukan kapan aku akan sampai di tujuan. Aku bisa memperkirakan seberapa jauh atau seberapa dekat lagi diriku dari apa yang aku ingin raih. Waktuku terpakai dengan tidak sia-sia.


Namun kali ini, aku tidak bisa mengejar dia.


Aku tidak mampu mengejar dia. Dan pertemuan-pertemuan bersamanya, masih terekam dengan jelas di dalam kepalaku.


“Hai.” lelaki dengan kamera itu menyapaku. “Kita bertemu lagi.”


Aku menundukkan kepala, mataku menatapnya. “Eng, iya..”


“Kau sering ke sini?”


“Tidak. Baru belakangan ini saja.”


“Dari Surabaya juga?”


“Iya. Kamu juga?”


Lelaki itu menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum. Rahangnya yang tegas bertumpu pada batang lehernya yang besar dan kokoh. Bibirnya tipis dan senyumnya membentuk sudut yang tajam di kedua pipinya yang tirus dan dihiasi rambut-rambut halus. Ia membungkus tubuhnya dengan kaus putih dan bagian atas kakinya dengan celana kargo selutut berwarna coklat tua. Rambutnya tampak berantakan tertiup angin laut, namun aku masih bisa melihat matanya yang menyipit. Di sepasang matanya, senja terpantul.


“Apa yang kamu potret?”


Lelaki itu memalingkan wajahnya ke laut. “Tidakkah jelas terlihat?”


“Senja?” aku menaikkan alis.


Ia mengangkat kameranya sejajar mata dan mulai membidik. Aku merasakan ada debar yang aneh di dadaku saat melihat lelaki itu tampak asyik dengan dunianya sendiri, menjebak pemandangan senja lewat lensa kameranya.



***



Itu pertemuan ke-dua saya dengan perempuan pelukis senja.


Kali ini saya sudah tahu namanya. Milana. Ia bercerita mengapa ia melukis senja. Dan mengapa ia selalu melakukannya di atas feri yang menyeberang Selat Bali, dari Banyuwangi ke Jembrana. Ia sedang menunggu kekasihnya. Ia yakin suatu saat kekasihnya akan datang di tempat ia menunggu sekarang. Ia tidak tahu kapan. Tetapi ia berkata kepada saya, bahwa ia bukan saja yakin, tetapi ia tahu, bahwa kekasihnya itu akan datang.


“Pada pertemuan ke-dua, aku membawa alat lukisku, dan menemani ia memotret senja.” Milana tersenyum. “Sejak itu, kami berjanji untuk selalu bertemu di atas feri ini dan sama-sama merekam senja. Dengan cara kami masing-masing. Dia memotret. Aku melukis.”


Namun entah mengapa, di balik senyumnya yang tersungging dan tampak bahagia ketika ia mengingat-ingat kekasihnya, saya melihat ada yang kosong di matanya. Seperti sebuah ruang yang telah ditinggalkan oleh penghuninya begitu lama. Seperti sebongkah kenangan yang kehilangan intisarinya. Mata Milana terlihat kehilangan nyawa, tak bercahaya, tak secerah senja yang setiap hari dilukisnya.


Saya merasakan ada yang tidak benar dengan dirinya.


“Lalu?” saya meminta Milana untuk bercerita lebih panjang lagi.


“Lalu? Lalu, tentu saja kami jadi sering bertemu. Dia memotret. Aku melukis. Terus seperti itu. Dia bahagia. Aku bahagia. Terus seperti itu.”


“Lalu sekarang dia di mana?”


Tangan Milana berhenti. Mengambang di udara. Ujung kuasnya mengawang tiga senti dari permukaan kanvas. Saya menunggu penjelasan darinya. Ia masih diam. Bibirnya terbuka, tetapi tidak ada satupun kata yang keluar. Jemarinya yang panjang dan kurus gemetar. Sangat jelas terlihat. Saya mulai khawatir.


“Maaf. Kalau kamu tidak mau cerita juga tidak apa-apa.”


Milana menarik napas. Ia menundukkan kepalanya seraya menurunkan kuas dan meletakkan tangannya di atas paha. Saya masih menunggu respons darinya.


“Aku tidak tahu dia di mana.” akhirnya perempuan pelukis senja itu kembali bicara. “Tapi aku tahu, dia pasti datang.”


“Tapi, bagaimana kamu bisa-“


“Aku tahu dia pasti datang!” Milana menekankan kuasnya ke kanvas dengan keras sehingga membuat coretan panjang di lukisannya. “Dia. Pasti. Datang.”


Setelah itu, Milana membereskan alat lukisnya dan bergegas meninggalkan saya. Lagi-lagi, sebuah pertemuan yang tidak usai. Terasa jelas ada kegusaran di nada bicara Milana ketika saya mempertanyakan keyakinannya tadi. Saya tidak tahu ada sesuatu apa yang terjadi di antara ia dan kekasihnya. Tetapi saya tahu, itu sangat mengganggu pikiran Milana.



***



Saya sedang membuka halaman demi halaman majalahtravel langganan sebelum akhirnya mata saya berhenti pada sebuah halaman. Rubrik yang sedang saya baca membahas topik khusus tentang travel photographer dan menulis daftar Most Famous Travel Photographer di Indonesia. Di halaman yang sedang saya lihat, terpampang foto seorang lelaki dengan kamera yang menggantung di leher. Lelaki itu mengenakan kaus putih dan celana kargo selutut berwarna coklat tua. Ia tersenyum dengan tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.


Areno Adamar: Lelaki Perekam Senja, begitu tajuk artikel yang menyertai foto tersebut. Are, begitu nama panggilannya seperti yang ditulis, dikenal sebagai travelphotographer muda yang sangat gemar memotret senja di berbagai tempat yang ia datangi, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Are adalah a rising star di kalangan travel photographer. Foto-foto senjanya adalah foto-foto senja terindah yang pernah orang lihat. Ada semacam kekuatan magis yang menyedot siapapun yang melihat foto-fotonya. Foto-foto senja Are sangat sederhana, tetapi di setiap sudut gambarnya menyimpan atmosfer yang aneh yang membuat orang-orang betah berlama-lama hanya memperhatikan gambar yang ia buat.


Saya melanjutkan membaca. Dan kemudian menemukan sesuatu yang cukup membuat terhenyak.


Sayangnya, sekarang penikmat pemandangan matahari tenggelam di nusantara tidak bisa lagi melihat karya-karya potret senja Are yang fenomenal. Kecelakaan feri dua tahun lalu merenggut beberapa nyawa, termasuk sang lelaki perekam senja yang memiliki senyum manis ini. Are meninggal dalam kecelakaan feri yang menyeberang dari pelabuhan Padang Bai Bali ke pelabuhan Lembar, Lombok. Perjalanan yang seharusnya menjadi bagian akhir dari rangkaian tur LANSKAP, komunitas travel photography yang dirintis oleh Are, berubah menjadi tragedi yang memilukan. Are ditemukan tidak bernyawa lagi, dengan kamera masih tergantung di lehernya.


Sampai di sana, saya berhenti membaca dan menahan napas. Saya teringat Milana. Mungkinkah lelaki perekam senja yang ia ceritakan adalah Are? Mungkinkah lelaki yang ia tunggu setiap hari di atas feri Banyuwangi – Jembrana sambil melukis senja adalah lelaki yang fotonya terpampang dalam artikel ini? Mungkinkah Milana menunggu kedatangan orang yang sudah mati?


Saya menutup majalah itu. Di luar, langit sedang sangat jingga. Saya ingin segera bertemu Milana.



***



“Kamu menunggu lelaki ini?”


Pria itu menyodorkan sebuah majalah ke hadapanku. Di halaman yang ia buka, aku melihat foto dia. Dia, lelaki yang merekam senja, lelaki yang aku tunggu. Areno, lelaki yang aku sayang dan lelaki yang berjanji untuk menemuiku sepulangnya ia dari rangkaian tur panjang bersama teman-temannya. Lelaki yang tidak pernah ingkar janji. Lelaki yang tidak pernah terlambat satu menit pun saat menemuiku di atas feri ini.


“Dia sudah meninggal. Kamu tahu itu?” pria itu kembali berbicara.


Aku tidak suka nada bicaranya.


Pria itu melangkah mendekatiku. “Lelaki yang kamu tunggu, sudah meninggal, Milana. Apa yang kamu lakukan?”


“Menunggu.”


“Dia tidak akan kembali. Kamu tidak mengerti? Dia sudah tidak ada lagi.”


“Dia ada. Dia sudah berjanji. Are tidak pernah ingkar janji!”


***


Saya tidak bisa melihat perempuan itu seperti ini terus. Milana harus sadar dan menerima kenyataan bahwa apa yang ia tunggu selama ini tidak akan pernah datang kembali. Namun, ia menolak dan mementahkan semua kata-kata saya. Ia tidak bisa menerima bahwa jelas-jelas Areno, lelaki perekam senja, sudah meninggal dalam kecelakaan feri dua tahun lalu.


Milana bersikeras bahwa Areno tidak meninggal. Dia hanya pamit pergi dan berjanji akan menemuinya lagi di atas feri dari Banyuwangi ke Jembrana, seperti biasanya.


“Lelaki itu tak akan kembali, Milana!” saya merampas kanvas perempuan itu dan membantingnya, menginjaknya hingga rusak. “Dia tidak seperti senja yang kamu lukis ini. Dia tidak akan datang lagi.”


“Kau.. Apa yang kau lakukan?!”


Milana berlutut dan menyambar kanvasnya. Sontak airmatanya keluar dan membuat saya semakin merasa bersalah. Namun, saya harus melakukan sesuatu. Tidak ada cara lain untuk menyadarkan Milana, selain merusak ritual yang membuat ia terjebak dalam bayangan janji kehadiran Areno kembali.


Lalu, seperti yang sudah-sudah, Milana pergi meninggalkan saya dengan membawa kanvasnya yang sudah saya rusak.


Kali ini, ia pergi dengan berlari cepat dan airmata yang berderai.



***



Saya rindu perempuan itu. Perempuan ke-dua setelah ibu yang mampu membuat saya rela menjadi seorang penanti, seorang penunggu. Seseorang yang menghabiskan waktunya hanya untuk menunggu. Mendedikasikan setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun untuk menyambut sebuah kedatangan kembali. Untuk mendengar sebuah ‘Halo, ini aku, sudah pulang.’


Tetapi ia tidak pernah datang.


Milana tidak pernah datang.


“Halo.”


Sayup-sayup suara perempuan terdengar dari balik punggung saya.


“Sedang menunggu sesuatu?” perempuan ini bertanya.


Saya menghentikan jemari di atas buku kecil tempat saya mencatat macam-macam hal. Kemudian menarik napas cukup dalam dan melumat beberapa menit waktu dalam hening, sebelum akhirnya saya menjawab pertanyaan perempuan asing ini.


“Dari mana kau tahu?” saya balik bertanya.


“Hanya menebak.” jawab dia.



***

Sayembara Ilustrasi MILANA & ARE! [UPDATED]

0
0

Jadi, saya sekarang lagi keranjingan nulis cerpen. Salah satu dari beberapa cerpen yang sudah saya tulis baru-baru ini saya post di blog ini, berjudul "Senja di Jembrana".

Di dalam cerpen itu ada dua tokoh fiksi, "Milana" dan "Are", yang entah mengapa dan bagaimana menarik perhatian saya, baik sebagai pencipta mereka, maupun sebagai pembaca. Dan, setelah saya lempar cerpen ini ke publik, respons untuk karakter fiksi Milana & Are ini pun cukup ramai. Lalu tiba-tiba terlintas di kepala saya untuk mengajak beberapa teman membuat ilustrasi untuk Milana & Are. Karena ternyata banyak juga yang mengirim sketsa mereka, saya dapat ide untuk menjadikan ini sebuah sayembara. SAYEMBARA ILUSTRASI MILANA & ARE.



<< UPDATE >>

Berikut adalah ilustrasi yang lolos seleksi.
Dari delapan ilustrasi ini, akan saya pilih TIGA terbaik untuk mendapatkan hadiah berupa:


Uang tunai + Buku kumpulan cerpen "MILANA




by @diladifa




by @riannii




by @AlipSacadijaya




by @ianwalf




by @kirunijah




@fidzzy_




by @rapidodancer




by @yulianzone



Penentuan pemenang akan dilakukan lewat voting di Twitter, dan web ini. Jadi, kalau di antara ilustrasi di atas ada yang kamu suka, silakan komentar di postingan ini.

CIAO!




~ Bara

Kamar

0
0
kata-kata yang sudah tua
tinggal di dalam kamar

rindu menekuk lutut di sudut
luka bergelantungan di pintu

tidak ada lampu untuk masa lalu
atau cinta yang terbaring dan demam

cuma kenangan tersangkut di sarang laba-laba
dan ingatan membungkus tubuhnya yang biru

tidak ada kita di atas kasur
atau sisa napas di pinggir bantal

cuma kepergian yang membekas di jendela
dan selembar tirai yang masih menunggu


(2013)

Kata Hati Cetak Ulang ke-4!

0
0

4!






WHOA!

Alhamdulillah...

Empat hari yang lalu, sebelum berangkat pulang ke Pontianak, kamar kos saya diketok oleh ibu tetangga sebelah yang kemudian menyerahkan sebuah paket kepada saya. Paket buku, saya sudah tahu itu dari bentuk kemasannya. Saya buka di dalam kamar, dan ternyata itu buku Kata Hati dengan cover yang baru, cover versi filmnya.

Di antara dua buku Kata Hati yang dikirim oleh penerbit Bukune, terselip sebuah surat. Ternyata surat itu adalah laporan bahwa Kata Hati sudah masuk cetak ulang ke-4. WHOA! Saya girang bukan main. Dan, Kata Hati cetak ulang ke-4 ini sekaligus dikeluarkan khusus dalam kemasan baru, dengan cover yang berbeda. Yaitu cover versi poster film Kata Hati yang sudah tayang di bioskop seluruh Indonesia pada 14 Februari lalu.

Terima kasih untuk para pembaca Kata Hati yang menyambut baik kehadiran buku ini dan membuat buku ini bisa mencapai cetak ulang ke-4 dalam kurun waktu tidak sampai 7 bulan sejak terbit Juli 2012. Untuk yang belum membaca, selamat menikmati Kata Hati kemasan khusus yang dibungkus dengan nuansa merah membara. : D

Berdasarkan laporan dari penerbit dan pengamatan langsung, Kata Hati edisi khusus cover poster film ini sudah tersedia di toko-toko buku kesayangan di kota kamu. Selamat berburu!



~ Bara

MILANA - Buku Keempat

0
0




Alhamdulillah. Kata pertama yang saya ucapkan setelah mendapat e-mail dari Siska Yuanita, editor saya di Gramedia. E-mail tersebut berisi lampiran file naskah buku terbaru saya yang sudah siap untuk naik cetak.

Buku keempat ini, berjudul MILANA: Perempuan yang Menunggu Senja. Milana: Perempuan yang Menunggu Senja adalah kumpulan cerita pendek. Di dalamnya terdapat lima belas cerita pendek yang saya tulis dalam rentang waktu tahun 2010 - 2013. Sebagian cerita di dalamnya pernah dimuat di koran, buku antologi bersama, dan di website ini. Sebagian lagi adalah cerita-cerita baru yang belum pernah saya publikasikan di mana pun.

Milana sendiri adalah judul salah satu cerpen di dalam buku ini. Saya ambil untuk judul karena, entahlah, saya punya perasaan tersendiri dengan nama tersebut. Milana. Seorang perempuan yang menunggu senja. Tidakkah banyak perempuan menghabiskan waktunya hanya untuk menunggu? Entah itu sesuatu yang pasti maupun tidak. Ah, cerita tentang menunggu memang tidak pernah ada habisnya.

Bagaimana kisah Milana: Perempuan yang Menunggu Senja? Apakah sama dengan cerita penantianmu? Baca ceritanya, bersama cerita-cerita lain di dalam buku ini.

Milana: Perempuan yang Menunggu Senja akan terbit bulan depan lewat penerbit Gramedia. Nantikan Milana di toko-toko buku kesayangan kamu.


Salam,



Bara







Viewing all 402 articles
Browse latest View live




Latest Images

Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.

Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.

HANGAD

HANGAD

MAKAKAALAM

MAKAKAALAM

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Vimeo 10.6.1 by Vimeo.com, Inc.

Vimeo 10.6.1 by Vimeo.com, Inc.

Vimeo 10.6.0 by Vimeo.com, Inc.

Vimeo 10.6.0 by Vimeo.com, Inc.

Re:

Re:

Re:

Re: